Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menerapkan periode non-cancellation pada sesi pra pembukaan atau pre opening dan pra penutupan atau pre closing. Aturan soal pelaku pasar yang tidak dapat membatalkan pemesanan saat pre opening dan pre closing ini akan berlaku 2025.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy menuturkan, periode non-cancellation adalah periode di menit-menit terakhir pada sesi pre opening dan pre closing yang tidak memungkinkan pelaku pasar untuk membatalkan atau pun mengubah open order (amend order), tetapi tetap dapat melakukan entry order baru.
Baca Juga
Ia mengatakan, pertimbangan penerapan periode non-cancellation ini adalah hasil tinjauan data perdagangan yang menunjukkan terdapat tren peningkatan aktivitas pembatalan pada menit-menit terakhir di sesi pre-opening dan pre-closing, sehingga berpotensi terjadinya pembentukan harga yang tidak wajar pada sesi-sesi tersebut.
Advertisement
"Dengan adanya non cancellation period, diharapkan dapat meningkatkan confidence level dan juga validitas dari order yang masuk pada sesi pre opening dan pre closing,” ujar dia, dikutip Jumat (6/12/2024).
Irvan menuturkan, pihaknya berharap penerapan kebijakan ini dapat memberikan keyakinan bagi investor dalam bertransaksi di BEI terutama pada sesi pre-opening dan pre-closing. Selain itu, ia mengatakan, kebijakan ini diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan investor dengan tetap mengutamakan prinsip perlindungan investor.
"Dengan adanya Non Cancellation Period, diharapkan dapat meningkatkan confidence level dan juga validitas dari order yang masuk pada sesi pre opening dan pre closing,” ujar dia.
BEI Bakal Luncurkan IDX-ESG Disclosure Guidance Kuartal I 2025
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana menerbitkan IDX-ESG Disclosure Guidance. IDX ESG Disclosure Guidance adalah panduan untuk membantu perusahaan tercatat dalam mengungkapkan informasi terkait Environmental, Social, and Governance (ESG) secara transparan dan terstruktur.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI, Ignatius Denny Wicaksono, CFA menjelaskan, rencana penerbitan IDX ESG Disclosure Guidance adalah untuk membantu perusahaan tercatat dalam perjalanan keberlanjutan mereka. Panduan ini akan diluncurkan bersama dengan implementasi platform pelaporan metrik ESG pada tahun 2024.
"BEI berencana meluncurkan ESG Metric Platform pada awal kuartal I tahun 2025 untuk penyampaian laporan keberlanjutan tahun buku 2024 oleh perusahaan-perusahaan tercatat," kata Denny, Rabu (20/11/2024).
Tujuan dari panduan ini adalah untuk membantu perusahaan dalam beberapa aspek. Antara lain memahami konsep ESG, melaporkan emisi Gas Rumah Kaca (GHG), memahami masing-masing metrik ESG, dan menyelesaikan pelaporan metrik ESG melalui platform pelaporan IDX.
"Jadi untuk penghitungan 2024, berakhirnya di April 2025. Semoga antara Januari-April, sebelum itu kita sudah terapkan (IDX ESG Disclosure Guidance) yang baru," imbuh Denny.
Pada tahun yang akan datang, BEI berencana menyelenggarakan kelanjutan program IDX Net Zero Incubator bagi perusahaan tercatat, yang akan meliputi topik terkait Setting Net Zero Target & Trajectory serta penyusunan roadmap dan strategi dekarbonisasi perusahaan tercatat. Program ini juga akan diperluas dengan mengikutsertakan perusahaan-perusahaan tercatat lainnya yang belum memperoleh kesempatan untuk mengikuti pelatihan pada tahun ini.
Advertisement
Kinerja Penurunan Emisi
Adapun untuk tahun ini, program IDX Net Zero Incubator diselenggarakan sejak 1 Agustus 2024 (Modul 1) sampai dengan 6 November 2024 (modul 5) yang diikuti oleh 117 perusahaan tercatat.
Pelatihan diselenggarakan secara offline dan online, yang terdiri dari 8 kali pertemuan dengan total waktu pelatihan selama 27 jam.
Diharapkan setelah mengikuti rangkaian pelatihan ini, perusahaan tercatat dapat mengaplikasikannya dalam penyusunan pelaporan aspek-aspek ESG perusahaan, khususnya dalam penyampaian kinerja penurunan emisi, secara transparan dan akurat pada Laporan Keberlanjutan oleh perusahaan tercatat.
Ke depannya, diharapkan juga semakin banyak perusahaan yang peduli terhadap perubahan iklim dan dapat memulai perjalanan dekarbonisasi guna berkontribusi terhadap pengurangan efek emisi gas rumah kaca secara keseluruhan.
SSF Tawarkan Sistem Transaksi Mirip Saham
Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi meluncurkan produk derivatif terbaru, Single Stock Futures (SSF) pada 12 November 2024.
Acara grand launching ini juga turut dihadiri oleh tiga Anggota Bursa (AB) yang telah mendapatkan izin derivatif dan dapat memperdagangkan SSF. Ketiga AB tersebut antara lain, PT Binaartha Sekuritas, PT Ajaib Sekuritas, dan PT Phintraco Sekuritas.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menjelaskan, pengembangan SSF merupakan bentuk upaya BEI mengikuti perkembangan bursa global dan tren investasi. Peluncuran SSF dilakukan dalam rangka memperluas alternatif produk investasi yang lebih terjangkau dan mudah diakses, terutama bagi investor ritel yang ingin mendapatkan eksposur pada saham perusahaan besar dengan modal yang lebih kecil.
"Produk ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas pasar dan memberi pilihan investasi yang lebih beragam, sehingga investor dapat menerapkan strategi investasi yang lebih kompleks,” ujar Jeffrey dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (6/12/2024).
Sebagai produk derivatif, Jeffrey menerangkan bahwa SSF menawarkan berbagai manfaat yang bisa dinikmati oleh para investor, seperti modal transaksi yang lebih rendah dari saham. yaitu hanya dengan dana mulai dari 4% dari nilai transaksi saham, investor sudah dapat bertransaksi SSF yang setara dengan nilai 1 lot saham. Selain itu, SSF juga memungkinkan investor untuk memperoleh keuntungan baik saat harga saham naik maupun turun.
"Mekanisme perdagangan SSF yang relatif mirip dengan saham, yang sudah dikenal baik oleh para investor, serta adanya penjaminan dari PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) memungkinkan transaksi SSF dilakukan oleh investor dengan mudah dan aman," imbuh Jeffrey.
Di samping itu, untuk memastikan edukasi dan pemahaman investor terkait produk SSF, BEI senantiasa aktif melakukan edukasi dan sosialisasi secara langsung ke berbagai daerah baik melalui online maupun offline.
Advertisement
Lakukan Edukasi
Ke depan, BEI juga akan terus melakukan kegiatan edukasi dalam rangka meningkatkan awareness dan knowledge terkait produk SSF bagi para investor.
"Pada tahun ini kami telah melakukan Sekolah Pasar Modal (SPM) online di berbagai kantor perwakilan serta melakukan roadshow sosialisasi produk ke berbagai kota, seperti Bandung, Bali, Pontianak, Surabaya, dan Palembang bersama Anggota Bursa (AB),” ungkap Jeffrey.
Jeffrey berharap, melalui edukasi dan sosialisasi, investor pasar modal mulai memanfaatkan SSF untuk mengoptimalkan keuntungan portofolio dan meningkatkan likuiditas di pasar. Selain itu, pihaknya juga mengajak para Anggota Bursa (AB) yang belum menjadi AB derivatif untuk berpartisipasi dalam meramaikan perdagangan produk derivatif di Bursa.
Kendati demikian, Jeffrey menyampaikan bahwa pihaknya mengakui adanya sejumlah tantangan dalam mengembangkan produk baru, terutama produk derivatif. Tantangan tersebut yakni, adopsi dan partisipasi pasar.
Hal ini karena , investor pasar modal perlu mendapat pemahaman dan literasi yang memadai agar bisa mulai memanfaatkan SSF. “Untungnya, SSF memiliki kemiripan dengan saham dari sisi mekanisme jual dan beli, sehingga diharapkan adopsi produk ini lebih cepat bagi investor yang sudah terbiasa berinvestasi saham," pungkas dia.