TGRA Tak Kunjung Bangun Proyek Power Plant Sejak IPO di 2017, Ini Alasannya

TGRA sejak April 2024 mendapatkan calon investor yang memiliki kapasitas keuangan yang memadai untuk membangun proyek-proyek yang dimiliki perseroan dan bahkan memiliki rencana untuk meningkatkan jumlah portfolio green energy perseroan hingga 1.000 MW.

oleh Arthur Gideon diperbarui 29 Des 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 29 Des 2024, 16:00 WIB
IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Pengunjung mengambil foto layar indeks harga saham gabungan yang menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) menjelaskan alasan keterlambatan pembangunan power house (pembangkit listrik) dan bendungan di sejumlah lokasi. Keterlambatan pembangunan tersebut semata-mata karena masalah pendanaan dan bukan karena hambatan teknis dan hambatan sosial khusus di lokasi-lokasi proyek.

Corporate Secretary PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) Daniel Tagu Dedo menjelaskan, keterlambatan pembangunan proyek mini hydro power plant perseroan terutama disebabkan sejak IPO 15 Mei 2017 hasilnya undersubscribed, hanya berhasil memperoleh Rp 110 miliar.

Sedangkan kebutuhan pembangunan lima proyek yang telah memiliki PPA (Power Purchase Agreement) dengan kapasitas total 43,8MW adalah sebesar Rp 1,5 trilliun atau butuh pembiayaan ekuitas minimal Rp 500 miliar dan pembiayaan hutang Rp 1 trilliun.

Sejak 17 Juli 2020, manajemen yang baru melakukan upaya-upaya untuk memperkuat struktur permodalan dan memperoleh sumber pembiayaan, menemui kegagalan. Namun berhasil mempertahankan PPA dengan PT PLN (Persero) serta berhasil melakukan efisiensi untuk mempertahankan kelangsungan eksistensi perseroan.

"Termasuk melakukan review secara menyeluruh terhadap status proyek, design proyek serta pembebasan lahan proyek," jelas dia dalam keterbukaan informasi di BEI, Minggu (29/12/2024).

"Penataan manajemen proyek serta fokus kepada penjajakan calon mitra strategis yang memiliki kapasitas keuangan yang memadai dan memiliki visi untuk mengembangkan proyek green energy di Indonesia," tambah Daniel Tagu Dedo.

 

Dapat Investor Baru

Ia melanjutkan, perseroan sejak April 2024 mendapatkan calon investor yang memiliki kapasitas keuangan yang memadai untuk membangun proyek-proyek yang dimiliki perseroan dan bahkan memiliki rencana untuk meningkatkan jumlah portfolio green energy perseroan hingga 1.000 MW.

Oleh sebab itu, timeline konkrit untuk pembangunan proyek-proyek perseroan, sebagaimana sampaikan adalah:

Pembangunan PLTM Sisira ditargetkan akan dibangun pada Triwulan-I 2025;

Pembangunan PLTM Batang Toru-3 dan PLTM Batang Toru-4 ditargetkan akan dibangun pada Triwulan-III 2025;

PLTM Raisan Naga Timbul dan Raisan Huta Dolok ditargetkan akan dibangun pada Triwulan-IV tahun 2025.

"Sampai saat ini hambatan utama yang dihadapi perseroan adalah aspek likuiditas dan ekuitas yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan proyek-proyek hydro power plant yang dimiliki perseroan," jelas dia.

 

Hambatan Sosial

Hambatan teknis dan hambatan sosial khusus di lokasi-lokasi proyek, sama sekali tidak ada. Karena manajemen perseroan memiliki pengalaman teknis yang cukup panjang dalam urusan proyek-proyek energi.

Masalah sosial sampai saat ini tidak pernah muncul khususnya yang berhubungan dengan proyek-proyek perseroan tersebut, bukan hanya dua proyek yang dikunjungi oleh manajemen BEI tetapi seluruh proyek yang dimiliki perseroan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya