Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di kawasan Asia dan pasifik atau biasa disebut bursa sebagian besar turun pada pembukaan perdagangan Jumat ini. Penurunan bursa Asia ini karena investor mempertimbangkan data inflasi Jepang. Sementara, ancaman tarif Presiden AS Donald Trump juga ikut merusak sentimen positif di pasar saham.
Mengutip CNBC, Jumat (21/2/2025), indeks saham Nikkei 225 Jepang tergelincir 0,43% saat pembukaan perdagangan. Sementara indeks Topix Jepang juuga turun 0,33%.
Baca Juga
Tingkat inflasi Jepang pada bulan Januari naik menjadi 4%, mencapai level tertinggi sejak Januari 2023. Inflasi inti yang tidak memasukkan harga makanan segar naik menjadi 3,2%, mengalahkan ekspektasi sejumlah ekonom yang ada di kisaran 3,1%.
Advertisement
Indeks saham Kospi Korea Selatan diperdagangkan 0,14% lebih rendah sementara Kosdaq yang merupakan indeks dengan kapitalisasi lebih kecil turun 0,12%.
Indeks berjangka Hang Seng Hong Kong berada di 23.051, lebih kuat dari penutupan terakhir HSI di 22.576,98.
S&P/ASX 200 Australia diperdagangkan 0,18% lebih tinggi.
Investor akan mengawasi gerak nilai tukar yen Jepang, yang menguat ke level tertinggi lebih dari dua bulan di 150,52 per dolar AS pada hari Kamis di tengah taruhan kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Bank of Japan tahun ini.
Mata uang tersebut saat ini diperdagangkan pada 149,48 terhadap dolar AS.
Wall Street
Semalam di AS, tiga indeks utama ditutup lebih rendah setelah S&P 500 mencapai rekor tertinggi selama dua hari berturut-turut. Investor menjual saham beberapa perusahaan populer menyusul perkiraan yang lemah dari raksasa ritel Walmart, yang menimbulkan kekhawatiran tentang prospek ekonomi.
Dow Jones Industrial Average turun 450,94 poin atau 1,01% menjadi 44.176,65. Indeks S&P 500 turun 0,43% dan ditutup pada 6.117,52. Sedangkan Nasdaq Composite turun 0,47% dan ditutup pada 19.962,36.
Inflasi Jepang
Tingkat inflasi Jepang pada bulan Januari naik menjadi 4%, mencapai level tertinggi sejak Januari 2023.
Inflasi inti, yang tidak termasuk harga makanan segar, naik menjadi 3,2%, mengalahkan ekspektasi ekonom sebesar 3,1%. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak Juni 2023.
Apa yang disebut tingkat inflasi "inti-ke-inti", yang tidak termasuk harga makanan segar dan energi dan dipantau secara ketat oleh Bank Sentral Jepang, naik sedikit menjadi 2,5%.
Inflasi utama tetap berada di atas target Bank Jepang sebesar 2% selama 34 bulan berturut-turut.
Advertisement
