Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan langkah-langkah pengembangan surveillance, monitoring, dan analisis di sektor Pasar Modal.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon (PMDK) OJK Inarno Djajadi mengatakan, hal itu dilakukan dalam upaya mewujudkan pasar yang teratur, wajar, dan efisien, serta meningkatkan pelindungan bagi investor.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu inisiatif yang dilakukan baru-baru ini adalah peluncuran aplikasi pemanfaatan Big Data Analytics Pasar Modal (BDA PM) dengan nama OJK OSIDA PMDK.
Advertisement
OSIDA PMDK merupakan salah satu implementasi atas agenda prioritas OJK, yaitu penguatan kapasitas sektor jasa keuangan dan penguatan pengawasan dengan cara mentransformasi pengawasan menjadi berbasis teknologi informasi serta memperkaya tools pengawasan, yang diharapkan akan dapat meningkatkan output pengawasan yang lebih komprehensif, lebih cepat dan juga lebih efisien.
Pengembangan OSIDA PMDK juga merupakan salah satu sasaran strategis Destination Statement OJK Tahun 2022–2027, yaitu Peningkatan Kualitas Pelayanan dan Pengelolaan Data secara Terintegrasi dan Transparan.
"Hal ini sejalan dengan Roadmap Pasar Modal Indonesia 2023-2027 dalam rencana aksi program Penguatan Infrastruktur Pengawasan, yang merupakan bagian dari pilar pengembangan 4 mengenai Peningkatan Serangkaian Upaya Dalam Rangka Pelindungan Investor," kata Inarno dalam keterangan resmi, Senin (24/2/2025).
Ke depan, OSIDA PMDK tidak hanya mengumpulkan data dan output analytic dari sektor Pasar Modal saja, namun dapat terintegrasi dan berkolaborasi dengan data derivatif keuangan, bursa karbon, serta sektor lainnya di OJK, seperti Perbankan, sektor Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP), sektor Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML), dan sektor Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto (IAKD), serta data-data dari lembaga atau instansi yang lain.
Â
Pesan OJK
Inarno berpesan agar aplikasi ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh unit kerja di PMDK, dan dilakukan asesmen pemanfaatannya di lingkungan OJK wide dan Self Regulatory Organization (SRO).
Inarno juga mengajak semua pihak terkait agar bersama-sama menjaga pemanfaatan atas data dan informasi yang terdapat di BDA PM dengan penuh tanggung jawab. Pada saat peluncuran, BDA PM sudah dilengkapi dengan modul atau menu Investor Profile dan PE Segmentation.
Selanjutnya akan dilengkapi dengan Market Manipulation Recognition, Analysis Market Driven, dan Behaviour Investor Perusahaan Efek yang ditargetkan selesai 2025.
Adapun pengembangan selanjutnya, BDA PM direncanakan sudah dilengkapi dengan modul seperti identifikasi fraud dan alert monitoring pada Pasar Primer, Pasar Equity, Issuer, dan likuiditas Reksa Dana. Selain itu, OJK juga menjajaki pemanfaatan Digramaticatau Graph Network Tools dan Pemanfaatan Machine Learning serta Gen AI.
Advertisement
OJK Prediksi Usaha Bullion Bisa Tambah Nilai Ekonomi Indonesia hingga Rp 50 Triliun
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan persetujuan terhadap permohonan perizinan PT Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk menjalankan kegiatan usaha Bullion Bank pada 12 Februari 2025.
Permohonan tersebut disampaikan oleh BSI kepada OJK pada 17 Januari 2025. Keputusan ini membuka jalan bagi BSI untuk melaksanakan usaha yang berfokus pada logam mulia, khususnya emas.
"Menindaklanjuti permohonan perizinan BSI untuk Kegiatan Usaha Bulion yang disampaikan kepada OJK tanggal 17 Januari 2025, OJK telah memberikan persetujuan pada tanggal 12 Februari 2025," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, dalam jawaban tertulisnya, Senin (24/2/2025).
Dian memproyeksikan, prospek bisnis Bullion Bank di Indonesia pada tahun ini akan semakin menjanjikan. Menurut, Dian, usaha bullion berpotensi untuk meningkatkan nilai tambah dari sumber daya emas yang ada di Indonesia, baik emas hasil tambang maupun stok emas yang dimiliki oleh masyarakat.
Dengan dukungan ekosistem yang ada, seperti produsen, refiner, manufacturer, wholesales, dan retailer, pengembangan usaha ini dapat memberikan dampak yang signifikan.
Â
Bisnis Bullion Bank Untungkan Banyak Pihak
Bisnis Bullion Bank tidak hanya menguntungkan bagi pelaku usaha, tetapi juga bagi masyarakat dan pemerintah. Potensi peningkatan konsumsi emas ritel diyakini akan mendorong pertumbuhan industri emas secara keseluruhan.
"Ke depan, prospek bisnis Bullion Bank diperkirakan semakin baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, usaha bullion dapat memaksimalkan added value dari sumber daya emas yang ada di Indonesia (emas hasil tambang maupun stok emas yang dimiliki masyarakat)," ujarnya.
Hal ini juga diperkirakan dapat menghasilkan tambahan nilai tambah (value added/VA) yang sangat besar, dengan estimasi mencapai Rp 30-50 triliun.
"Usaha Bullion dapat berpotensi meningkatkan konsumsi emas ritel yang akan memacu peningkatan industri emas dan keseluruhan bisnis dalam ekosistem emas yang mewadahi dengan tambahan value added (VA) hingga sebesar Rp 30-50 triliun," ujarnya.
Dengan demikian, usaha Bullion Bank memiliki potensi besar dalam mendorong perekonomian, menciptakan peluang bisnis baru, serta memperkuat ekosistem logam mulia di Indonesia.
Maka dengan adanya perizinan ini, BSI diharapkan dapat mengoptimalkan peranannya dalam memperluas akses masyarakat terhadap investasi emas, sekaligus mendukung pengembangan bisnis di sektor ini.
"Oleh karena itu, potensinya tentu akan sangat besar didukung dengan ekosistem pengembangan usaha bullion bank yang ada saat ini antara lain produsen, refiner, manufacturer, wholesales dan retailers serta masyarakat yang menjadikan logam mulia sebagai sarana investasi dan pengembangan bisnis," ujarnya.
Advertisement
