Kenaikan suku bunga acuan/BI Rate menjadi 7,5% dinilai berdampak positif untuk surat utang negara (SUN)/ obligasi negara. Harga obligasi negara mengalami koreksi di pasar sekunder, karena investor melakukan penyesuaian terhadap BI Rate.
"Untuk obligasi negara hampir keseluruhan tenor obligasi mengalami penurunan harga berkisar antara 70-120 basis poin," tutur Analis PT MNC Securities, I Made Saputra, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (12/11/2013).
Made menuturkan, koreksi harga obligasi negara membuat obligasi ini masih menarik. Koreksi ini dapat dimanfaatkan pelaku pasar untuk masuk ke obligasi negara. Hal itu dikarenakan imbal hasil obligasi menjadi meningkat.
"Masih menarik. Karena koreksi harga saat ini kalau saya lihat hanya sebentar. Kurang lebih dua minggu. Kesempatan bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang seperti dana pensiun dan asuransi jiwa untuk masuk," kata Made.
Made menambahkan, bagi investor jangka panjang dapat membeli obligasi negara yang bertenor panjang ketika harga terkoreksi. Sementara bagi, investor trading dapat melakukan perpindahan ke tenor pendek.
Meski demikian, Made melihat, harga obligasi negara akan cenderung naik walapun terbatas. Isu pengurangan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) mempengaruhi harga obligasi negara.
"Jadi BI saat ini menaikkan suku bunga acuan guna mengantisipasi jika The Fed benar-benar akan melakukan tapering. Isu tapering yang kembali mengemuka saat ini membuat harga obligasi negara akan kembali naik," tutur Made.
Made menambahkan, kenaikan suku bunga acuan belum akan berdampak bagi obligasi korporasi/swasta. Hal itu karena pergerakan harganya tidak berfluktuasi seperti obligasi negara.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) menetapkan kenaikan suku bunga acuan/BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,5%. Kenaikan BI Rate itu juga diikuti dengan landing facility dari 7,25% menjadi 7,5%. Sementara itu, fasilitas simpanan BI/Fasbi naik dari 5,5% menjadi 5,75%. (Ahm)
"Untuk obligasi negara hampir keseluruhan tenor obligasi mengalami penurunan harga berkisar antara 70-120 basis poin," tutur Analis PT MNC Securities, I Made Saputra, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (12/11/2013).
Made menuturkan, koreksi harga obligasi negara membuat obligasi ini masih menarik. Koreksi ini dapat dimanfaatkan pelaku pasar untuk masuk ke obligasi negara. Hal itu dikarenakan imbal hasil obligasi menjadi meningkat.
"Masih menarik. Karena koreksi harga saat ini kalau saya lihat hanya sebentar. Kurang lebih dua minggu. Kesempatan bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang seperti dana pensiun dan asuransi jiwa untuk masuk," kata Made.
Made menambahkan, bagi investor jangka panjang dapat membeli obligasi negara yang bertenor panjang ketika harga terkoreksi. Sementara bagi, investor trading dapat melakukan perpindahan ke tenor pendek.
Meski demikian, Made melihat, harga obligasi negara akan cenderung naik walapun terbatas. Isu pengurangan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) mempengaruhi harga obligasi negara.
"Jadi BI saat ini menaikkan suku bunga acuan guna mengantisipasi jika The Fed benar-benar akan melakukan tapering. Isu tapering yang kembali mengemuka saat ini membuat harga obligasi negara akan kembali naik," tutur Made.
Made menambahkan, kenaikan suku bunga acuan belum akan berdampak bagi obligasi korporasi/swasta. Hal itu karena pergerakan harganya tidak berfluktuasi seperti obligasi negara.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) menetapkan kenaikan suku bunga acuan/BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,5%. Kenaikan BI Rate itu juga diikuti dengan landing facility dari 7,25% menjadi 7,5%. Sementara itu, fasilitas simpanan BI/Fasbi naik dari 5,5% menjadi 5,75%. (Ahm)