Diprotes Keras, Wonder Woman Akhirnya Didepak dari PBB

Karakter Wonder Woman awalnya dijadikan duta kesetaraan bagi para perempuan.

oleh Ratnaning Asih diperbarui 14 Des 2016, 13:48 WIB
Diterbitkan 14 Des 2016, 13:48 WIB
Wonder Woman
Karakter Wonder Woman awalnya dijadikan duta kesetaraan bagi para perempuan.

Liputan6.com, Jakarta Oktober lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan satu keputusan yang mengagetkan banyak orang. Organisasi yang bermarkas di New York City tersebut menetapkan karakter fiksi DC, Wonder Woman, sebagai duta untuk kesetaraan perempuan.

Mengingat tahun 2016 adalah ultah ke-75 karakter Wonder Woman, pengumuman ini tentu jadi terasa istimewa. Bahkan dua aktris pemeran Wonder Woman, Gal Gadot dan Lynda Carter, ikut hadir dalam peresmian di markas PBB tersebut.

Gal Gadot dan Lynda Carter ( M Stan Reaves/Rex/Shutterstock/ The Guardian)

Namun "masa jabatan" Wonder Woman sebagai duta PBB terbilang sangat singkat. Pada Jumat (16/12/2016) mendatang, tak ada lagi kampanye PBB terhadap isu perempuan yang menggunakan karakter Wonder Woman.

Dilansir dari New York Times, Rabu (14/12/2016), hal ini diperkirakan terjadi karena gelombang protes terhadap pemilihan karakter ini sebagai duta PBB. Sebanyak 45 ribu ribu netizen menandatangani petisi penolakan, karena menganggap karakter ini tak cocok untuk mewakili para wanita.

"Wanita berdada besar dengan proporsi tubuh yang tak masuk akal, berpakaian seronok dengan setelan ketat bermotif bendera Amerika yang memperlihatkan paha, bukan duta yang tepat untuk mewakili kesetaraan gender di PBB," begitu isi petisi tersebut.

Sementara itu Jeffrey Brez, juru bicara PBB, menyebut bahwa kampanye Wonder Woman diakhiri lebih awal dari jadwal bukan karena protes ini.

Lynda Carter, aktris yang pertama kali membawa sosok pahlawan super wanita, Wonder Woman, akan kembali berakting di layar kaca.

Kata Brez, duta kehormataan memang diberi waktu tugas yang lebih pendek. Ia mencontohkan karakter Angry Bird yang hanya bertugas sebagai duta lingkungan hidup selama sehari. Namun, ia mengakui memang ada protes soal hal ini.

"Memang ada orang-orang yang menyuarakan pendapatnya, bahwa karakter fiksi yang menjadi perwakilan wanita bukan satu hal yang cocok," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya