Liputan6.com, Jakarta Keseruan sinetron Seleb kali ini Jesika Maida sampai di lokasi shooting, turun dari mobil, berpapasan dengan sutradara Heru Suhendro, pimpinan unit Bahrum dan Kafka yang sedang menuju tempat parkir mobil. Bahrum seketika terlihat gugup.  Kok gue merasa aneh ya, mau apa Jesika ke sini, kata Kafka dalam hati.
Aduh, Mas, saya minta maaf ya, Mas, tadi malam saya betul-betul sibuk melayani tamu-tamu undangan saya, tamu undangan saya lebih dari seratus orang, Mas, jadi saya betul-betul nggak tahu La Suki pergi dengan siapa, kata Jesika, langsung menghambur ke arah Heru.
Dan, Heru menatap Jesika sejenak, lalu menepiskan tangannya. Nggak perlu minta maaf ke gue. Ya sudah, gue harus buru-buru ke kantor, lalu meneruskan langkahnya menuju mobil.
Advertisement
Lalu, cerita Seleb berlanjut. Kafka datang ke rumah Viona. Gue ke sini cuma mau nanya elo, kemarin waktu lo lihat La Suki ngobrol sama Aldo, lo ada lihat hal-hal yang mencurigakan nggak, tanya Kafka. Â Gue nggak terlalu memperhatikan. Gue nyamperin La Suki, karena gue pengin kenal aja sama dia. Dan gue cuma ngobrol sebentar, sebentar banget, kata Viona.
Baca Juga
Yang gue sempat tangkap, La Suki kelihatan anaknya masih polos, dan...anaknya baik, tulus, cuma itu, gue nggak terlalu memperhatikan Aldo, kata VViona lagi.
Meskipun sekarang saatnya nggak tepat, gue mau bilang ke elo, gue bisa ngerti kok kenapa elo begitu khawatir. Gue juga khawatir, meskipun kekhawatiran gue nggak sebesar kekhawatiran elo. Kalau gue lihat, La Suki memang butuh seseorang yang bisa menjaganya, orang yang udah paham betul seluk-beluk dunia entertainmen itu seperti apa, kata Viona.
Kafka semakin salah tingkah. Gini aja deh. Lo masih mau mencari La Suki kan? Gue temanin deh. Lo kayaknya lagi khawatir dan panik banget, bahaya kalau lo nyetir sendiri. Tunggu, gue ambil tas gue dulu, kata Viona, langsung bergegas masuk.
Apa yang terjadi selanjutnya di sinetron Seleb?
Jesika dan Aldo Bersekongkol
La Suki baru mencuci wajahnya di padasan di belakang rumah yang rimbun dengan tanaman, dia mengenakan kain, karena celananya masih dicuci, kemudian menuju ke pintu belakang melewati celananya yang sedang dijemur. Kemudian masuk kedalam rumah lewat pintu belakang.
Dia tampak kikuk, sampai ke ruang tempat makan dekat dapur. Dia masih tampak kikuk dan bingung, Â Sini, duduk sini, eneng pasti lapar kan?, kita makan sama-sama, kata Bi Oneng, mengambil tangan La Suki.
Â
Advertisement
La Suki Nangis
La Suki tampak masih bingung atas keberadaannya di rumah itu, sekilas mengedar pandang ke seputar ruangan, lalu memandang Bi Oneng, dengan sinar mata seolah bertanya;... Saya di mana? Ibu siapa? Kok saya ada di sini?
Eneng masih bingung ya, kok eneng ada di sini, di rumah saya, kata Bi Oneng. LA SUKI mengangguk. Tadi pagi eneng saya temukan di sawung di sawah saya, eneng tidur di situ, saya bangunkan, tapi eneng tidak bangun-bangun, sepertinya eneng pingsan, ya sudah, saya terus minta tolong sama orang-orang kampung sini membawa eneng ke rumah saya. Eneng kenapa bisa ada di sawah, pasti sudah dari malam ya?
La Suki seketika terperangah, sepanjang Bi Oneng bicara, bayangan kejadian tadi malam berlintasan di depan matanya. Pesta ulang tahun di rumah Jesika, keberadaannya di dalam mobil Aldo, lalu ia turun dari mobil dan berlari ke tengah sawah. Perlahan, airmata merembes di pipinya.