The Good Liar: Penipu Mencoba Menipu Tapi Malah Kena Tipu

Dengan biaya produksi 10 juta dolar AS (140 miliar rupiah), The Good Liar dieksekusi sineas Bill Condon menjadi drama tenang yang perlahan menenggalamkan penonton.

oleh Wayan Diananto diperbarui 23 Nov 2019, 13:30 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2019, 13:30 WIB
Poster film The Good Liar. (Foto: Dok. IMDb/ Dok. New Line Cinema)
Poster film The Good Liar. (Foto: Dok. IMDb/ Dok. New Line Cinema)

Liputan6.com, Jakarta - The Good Liar dirilis di Indonesia seminggu lebih lambat dari AS. Kami menonton The Good Liar tanpa membaca ulasan dan bocoran cerita sama sekali.

Kali pertama menonton, kentara sekali The Good Liar ini berbiaya rendah.

Tak ada bintang muda papan atas di The Good Liar kecuali dua pemain veteran, yakni Ian McKellen yang kita kenal lewat trilogi The Lord of the Ring dan Helen Mirren, peraih Oscar via The Queen.

Dengan biaya produksi 10 juta dolar AS (140 miliar rupiah), The Good Liar dieksekusi sineas Bill Condon menjadi drama tenang yang perlahan menenggalamkan penonton dalam kebingungan terkait siapa benar, siapa salah.


Kopi Darat Betty dan Roy

Salah satu adegan film The Good Liar. (Foto: Dok. New Line Cinema)
Salah satu adegan film The Good Liar. (Foto: Dok. New Line Cinema)

Kisahnya bermula dari kopi darat Betty McLeish (Helen) dan Roy Courtnay (Ian) di sebuah rumah makan. Usai menguak nama asli, mereka berteman namun tetap menyembunyikan jati diri. Roy yang sering mengalami lutut lemas rupanya terlibat jaringan investasi abal-abal bersama Vincent (Jim), Bryn (Mark), Beni (Lucian), dan Vlad (Johannes).

Betty yang semula mengaku guru sekolah, ternyata dosen Universitas Oxford. Betty tinggal bersama cucunya, Stephen (Russell). Sejak awal Stephen curiga dengan masa lalu Roy yang abu-abu. Ia pernah menuduh Roy mengincar harta Betty yang ditaksir lebih dari 2,8 juta euro atau hampir 44 miliar rupiah. Betty berkukuh Roy pria baik. Karenanya, Betty mengizinkan Roy menumpang di kediamannya.

Suatu hari, Roy mengundang Vincent untuk membahas investasi gabungan. Dua pria ini membujuk Betty agar bersedia menggabungkan seluruh asetnya dengan milik Roy. Betty yang semula ragu menyetujui gagasan ini. Sehari setelah penggabungan aset, Roy pamit. Ia mengaku hendak menemui anaknya yang datang dri Australia.


Penuh Kepura-puraan

Helen Mirren sebagai Betty McLeish. (Foto: New Line Cinema)
Helen Mirren sebagai Betty McLeish. (Foto: New Line Cinema)

Jika Anda tak ingin dipecundangi film ini, perhatikan baik-baik judulnya. The Good Liar alias pembohong lihai. Jangan mudah percaya begitu saja pada para tokoh di film ini. Kami menyaksikan The Good Liar bersama teman. Ia sejak awal mengkhawatirkan Betty. Sementara saya cenderung sebaliknya.

Dengan alur berlapis (bahkan di tengah jalan sempat ada kilas balik ke era 1948), dibutuhkan akting meyakinkan dari kedua pemain utama. Meyakinkan sebagai penipu. Meyakinkan sebagai yang ditipu. Meyakinkan penonton agar mereka tertipu. Ian McKellen dan Helen Mirren pilihan tepat. Di tangan keduanya, Roy dan Betty begitu hidup.

Roy sejak awal sadar, hidupnya penuh kepura-puraan. Ia tahu kapan harus pura-pura pincang, tiba-tiba menghilang dan dalam hitungan menit kembali, hingga pura-pura strok. Helen tampak naif di awal. Ia mempresentasikan janda kesepian yang hidup dengan seorang cucu, sungguh sasaran empuk para penjahat. Namun apa yang terjadi sebenarnya tak seperti yang tersaji di layar. Ini tipuan berlapis yang membuat Anda bingung. Kuncinya, sabar dan jangan buru-buru menghakimi.


Makin Curiga

Ian McKellen dan Helen Mirren. (Foto: Dok. New Line Cinema)
Ian McKellen dan Helen Mirren. (Foto: Dok. New Line Cinema)

Bill mengarahkan Helen dan Ian dengan detail. Dialog-dialog yang mengalir terasa bermakna. Dari membedakan kata fond dengan love, hingga ketelitian para tokoh saat lawan bicara tak sengaja membuka diri. Menarik menyaksikan interaksi Ian dan Helen dari pertemuan di rumah makan, dinginnya kamar, mencukur rambut, hingga tergeletak di dapur.

Proses detail ini justru membuat penonton makin curiga dan bingung kepada siapa harus memihak. Makin menarik setelah satu per satu nasib pemeran pendukung terungkap. Daya tarik lain film ini, sebagaimana novelnya, adalah kehadiran Stephen. Ya, dia ganteng level 13! Tapi kehadiran brondi alias berondong ini tetap memancing kecurigaan penonton.

Bagaimana bisa ada mas ganteng yang gap usianya terpaut satu generasi terlibat dalam interaksi absurd ini. Dimainkan dengan letupan emosi oleh Russell, Stephen bukan pemanis semata. Ia memegang peran penting untuk tujuan khusus.


Sepi Lagu dan Musik

Penampilan Ian dan Helen Mirren dalam The Good Liar. (Foto: Dok. New Line Cinema)
Penampilan Ian dan Helen Mirren dalam The Good Liar. (Foto: Dok. New Line Cinema)

Minim musik dan lagu, The Good Liar murni bertumpu pada kekuatan dialog dan kekuatan akting para pemain. Pujian patut dialamatkan pada segitiga Helen-Ian-Russell. Tak ada perpidahan lokasi, efek visual, atau riasan wajah dan rambut ekstrem. Kita melihat Helen, Ian, dan Russell seperti adanya. Di saat yang sama, kita tahu itu bukan mereka.

Bahkan, bukan tokoh yang sedang mereka perankan. The Good Liar pada akhirnya mengingatkan siapa saja bahwa sebelum menipu, pastikan calon korban memang bodoh. Atau jika memang sama-sama bodoh, pastikan penipu tak lebih bodoh dari yang hendak ditipu.

 

Main tebak-tebakan, yuk!

Apa judul film peraih Oscar yang ditonton oleh Betty McLeish dan Roy Courtnay di bioskop?

A. Crazy Heart

B. The Blind Side

C. Inglourious Basterds

D. Up

E. The Young Victoria

 

Pemain: Helen Mirren, Ian McKellen, Russell Tovey, Jim Carter, Mark Lewis Jones, Jonannes Haukur Jonanneson, Lucian Msamati

Produser: Greg Yolen, Bill Condon

Sutradara: Bill Condon

Penulis: Jeffrey Hatcher

Produksi: Warner Bros., New Line Cinema

Durasi:1 jam, 50 menit

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya