Film Indonesia Dipukul Covid-19, Salman Aristo - Ifa Isfansyah Soroti Pentingnya Fase Pascaproduksi

Salman Aristo dan Ifa Isfansyah menyoroti pentingnya fase pascaproduksi untuk meningkatkan hasil akhir film Indonesia yang dipukul pandemi.

oleh Wayan Diananto diperbarui 28 Agu 2020, 01:11 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2020, 20:20 WIB
[Bintang] Salman Aristo
Di era yang modern ini, Salman menganggap siapapun bisa membuat film, termasuk siswa siswi yang masih duduk di bangku sekolah. (Wimbarsana/Bintang.com)

Liputan6.com, Jakarta Jadwal syuting dan rilis film Indonesia diadang wabah Corona Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020. Seiring kabar akan dibukanya lagi bioskop, sejumlah sineas seperti Salman Aristo dan Ifa Isfansyah bungah.

Selain bersiap kembali ke lokasi syuting, Salman Aristo, Ifa Isfansyah, dan sejumlah pekerja seni layar lebar lain mengikuti workshop virtual untuk mengembangkan kapasitas profesional pascaproduksi film Indonesia, baru-baru ini, yang diselenggarakan oleh Netflix.

Workshop yang diikuti Ifa Isfansyah ini bagian dari rangkaian Program Pengembangan Kapasitas Kreatif Insan Perfilman Indonesia hasil kerja sama Netflix dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Arah Cerita Mau ke Mana

Salman Aristo. (Foto: Instagram @salmanaristo)
Salman Aristo. (Foto: Instagram @salmanaristo)

Salman Aristo berpendapat, workshop ini penting mengingat pascaproduksi adalah fase krusial, tempat para sineas “memasak”, bukan hanya dari sisi teknis tapi juga aspek kreatif.

“Di tempat saya, wahana kreator, tim penyunting, color grading, dan sound sudah dilibatkan sejak awal. Misalnya saat diskusi skenario untuk mendengar arah cerita ini mau ke mana,” ujar penulis naskah film Laskar Pelangi dan Ayat-ayat Cinta.

Mengonfirmasi Standar

[Bintang] Ifa Isfansyah
Ifa Isfansyah, produser film SITI saat preskon FFI film Siti dan Toba Dreams (Yunan Laziale/bintang.com)

Ifa Isfansyah menyebut alur teknis yang dipaparkan workshop ini membuatnya makin yakin bahwa ada banyak faktor yang diperlukan agar karya seni sesuai dengan visi kreator, mengingat bikin film adalah kerja kolektif.

“Selain penting, pembahasan dalam workshop ini mengonfirmasi standar industri perfilman yang diperlukan,” ulas sutradara film box office Garuda Di Dadaku dan Sang Penari.

Yang Diinginkan Pasar

Ifa Isfansyah. (Foto: Instagram @ifa_isfansyah)
Ifa Isfansyah. (Foto: Instagram @ifa_isfansyah)

Ifa Isfansyah mengingatkan, para sineas harus memikirkan teknis hasil akhir karena visi kreatif film tidak bisa bekerja sendirian. “Selain itu, sineas harus memikirkan apa yang diinginkan pasar,” imbuh Sutradara Terbaik FFI 2011.

Dalam kesempatan itu, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Hilmar Farid, menyebut Indonesia berpotensi besar menghasilkan cerita-cerita keren untuk dinikmati penonton global.

Konten Berkualitas

Ilustrasi bioskop. (Foto: Koleksi Cinema XXI)
Ilustrasi bioskop. (Foto: Koleksi Cinema XXI)

“Kami berharap dapat menghasilkan konten-konten berkualitas yang diproduksi dengan standar kelas dunia sehingga dapat mempromosikan budaya Indonesia,” urai Hilmar dalam siaran pers yang diterima Showbiz Liputan6.com, Kamis (27/8/2020).

Lebih lanjut, Hilmar berharap ke depan, kualitas film Indonesia makin cemerlang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya