Liputan6.com, Jakarta Jelang bulan suci Ramadan 2024, Umi Pipik mengingatkan sekaligus mengajak sesama untuk tekun beribadah dan menghindari kegiatan yang membawa mudarat salah satunya gibah.
Istri mendiang ustaz Jefri Al Buchori menyadari sejumlah orang berdalih tidak sedang gibah atau gosip tapi “hanya” membicarakan fakta soal hidup orang lain. Umi Pipik menyebut dalih ini pertanda tak paham makna gibah.
Baca Juga
“Berarti orang itu enggak tahu apa makna gibah. Kata Rasulullah, gibah itu membicarakan orang tersebut. Mau itu benar, kita sudah gibah. Sekali pun itu salah jatuhnya fitnah,” katanya.
Advertisement
Dalam wawancara empat mata dengan Showbiz Liputan6.com di Jakarta, baru-baru ini, Umi Pipik mengingatkan bahwa Nabi Muhammad SAW telah mewanti-wanti umatnya soal bahaya gibah dan menyebar aib orang.
Pahala Pindah Gegara Gibah
Pesohor dengan 2,9 jutaan pengikut di Instagram ini lantas mengingat nasihat Nabi Muhammad kepada menantunya, tentang bahaya tidak menjaga lisan. Ini akan mendapat balasan pada hari kiamat.
“Jadi gibah itu, kita menceritakan orang lain apalagi sampai menyebut namanya. Rasulullah mengatakan ketika kita menyebut: Eh si anu ini. Kita sebut nama. Maka ketika itu terjadi, pahala penyebut nama tadi berpindah ke orang yang disebut,” Umi Pipik mengulas.
Advertisement
Lisan Akan Dapat Siksa
“Makanya Rasullullah dalam hadis, menasihati menantunya jaga perkataanmu, jaga lisanmu karena nanti di hari kiamat lisan ini akan mendapatkan siksa yang jauh lebih berat dari anggota tubuh lainnya,” ia menyambung.
Umi Pipik mengajak sesama untuk hati-hati menggunakan lidah. Kalau tidak bisa mengatakan yang baik dan benar, lebih baik diam. Ini akan menjaga kita dari dosa bergosip dan sejenisnya.
Aib Orang Terdengar
“Karena gara-gara lisan, aib orang terdengar dari ujung Timur sampai ujung Barat. Kadang kita sebagai perempuan misal curhat sama teman: Eh aku lagi punya masalah tapi kamu jangan bilang-bilang ya ini antara aku sama kamu doang,” Umi Pipik mencontohkan.
Lalu, yang dicurhati malah mengoceh ke orang lain. Walhasil, curhatan yang sifatnya pribadi malah jadi konsumsi publik. Aib orang tersebar, timbul sakit hati, dan ketidakikhlasan dari pihak korban gibah.
Advertisement