Liputan6.com, Jakarta Film "Saat Luka Bicara Cinta" hadir sebagai sebuah karya drama kemanusiaan yang mengangkat tema luka dan rekonsiliasi antara Indonesia dan Timor Leste, bukan sebagai film sejarah atau konflik perang. Deddy Mizwar, salah satu penulis ide cerita, menegaskan bahwa film ini berbeda dari film-film berlatar konflik sebelumnya.
"Ini bukan film perang. Film perang sudah ada, bahkan ada yang baru akan tayang. Tapi film ini bukan tentang perang," ungkap Deddy Mizwar di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Menurut Deddy, film ini lebih menyoroti luka yang masih dirasakan oleh kedua belah pihak dan upaya penyembuhan melalui rekonsiliasi.
Advertisement
"Kenyataannya, Timor Leste sekarang adalah negara tetangga kita. Kita harus membangun hubungan yang baik. Pendekatan yang digunakan dalam film ini adalah pendekatan kemanusiaan," tambahnya.
Kisah Nyata
Film ini terinspirasi dari kisah nyata, di mana banyak individu dari kedua negara mengalami konflik batin akibat sejarah yang menyakitkan. Deddy menjelaskan bahwa banyak anak-anak Timor Leste dibesarkan di Indonesia dan terdapat konflik batin yang luar biasa di antara mereka yang keluarganya pernah menjadi korban pertikaian.
Salah satu elemen penting yang diangkat dalam "Saat Luka Bicara Cinta" adalah keberadaan Taman Makam Pahlawan Indonesia dan Taman Makam Pahlawan Timor Leste yang berdampingan di Kabar Lestri.
"Itu bagian dari setting film. Makam pahlawan dari kedua negara ada di sana, berdampingan di seberang jalan, dan dirawat dengan baik. Ini adalah optimisme yang harus kita bangun," jelas Deddy Mizwar.
Advertisement
Latar Belakang
Produksi film layar lebar ini segera bergulir dan mengusung latar belakang sejarah Timor Timur (1976-1999) yang diinisiasi oleh Letnan Jenderal TNI (Purn) Dr. (H.C) H. Doni Monardo dan diteruskan oleh Letjen (Purn) Kiki Syahnakri. Karya ini menjadi simbol ikonik dan estetis yang menandai penguatan semangat rekonsiliasi, persahabatan, dan persaudaraan antara Indonesia dan Timor Leste setelah 25 tahun masa kelam. WR Film & Entertainment ditunjuk sebagai pelaksana produksi yang disutradarai oleh Anggi Frisca, dan mereka akan menggelar Gala Dinner guna memperkenalkan film ini secara resmi kepada publik di kedua negara.
Forum peluncuran ini didukung penuh oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak serta tokoh perfilman nasional seperti Deddy Mizwar dari Citra Sinema. Acara ini akan menghadirkan Presiden Republik Demokratik Timor Leste, Jose Ramos Horta, serta Perdana Menteri Xanana Gusmao (dalam konfirmasi) dan sejumlah pejabat tinggi dari pemerintahan Timor Leste. Dari pihak Indonesia, dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Jenderal TNI (Hor) (Purn) Prabowo Subianto (dalam konfirmasi), beberapa menteri terkait, dan kalangan pengusaha yang memberikan dukungan finansial untuk produksi film ini.
Tindak Lanjut
Kehadiran pejabat tinggi dari Timor Leste merupakan tindak lanjut dari dukungan resmi yang telah disampaikan secara tertulis kepada WR Film & Entertainment, sebagai komitmen untuk memperkuat semangat rekonsiliasi, persahabatan, dan persaudaraan kedua negara. Gala Dinner akan diselenggarakan di Sumba Room, Hotel Borobudur, Jakarta, mulai pukul 18.00 hingga selesai, dengan penampilan monolog "Bumi Lorosae", yang diadaptasi dari novel berlatar sejarah Timor Timur (1976-1999) karya Wahyuni Refi.
WR Film & Entertainment, bekerja sama dengan Citra Sinema dan PT Aksa Bumi Langit, telah menjadwalkan pengambilan gambar utama di Dili dan sekitarnya pada akhir April 2025, dan film "Saat Luka Bicara Cinta" dijadwalkan tayang perdana pada Agustus 2025.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)