Melihat Enam Rumah Ibadah Beda Agama Berdampingan di Surabaya

Rumah ibadah di perumahan elit di Surabaya ini berjajar rapi, mulai dari Gereja Katolik, Vihara, Klenteng, Pura, Gereja Kristen, hingga Masjid Muhajirin.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 23 Jul 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2019, 16:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Tempat ibadah di komplek perumahan di Surabaya, Jawa Timur (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Rumah ibadah di perumahan Royal Residence Surabaya, Jawa Timur kini nampak damai dan mencerminkan tingginya rasa toleransi antar umat beragama.

Betapa tidak, rumah ibadah di perumahan elit tersebut berjajar rapi, mulai dari Gereja Katolik, Vihara, Klenteng, Pura, Gereja Kristen, hingga Masjid Muhajirin.

Pembangunan enam rumah ibadah tersebut bukan tanpa rintangan atau berjalan lancar - lancar saja. Dibalik cerita pembangunan tersebut, ada rasa resah yang dirasakan oleh penghuni perumahan selama bertahun-tahun.

Ketua Forum Komunikasi Rumah Ibadah (FKRI), Indra Prasetyo yang juga salah satu inisiator pembangunan enam rumah ibadah tersebut  bercerita, awal mula ada enam tempat ibadah berdiri di komplek perumahannya Surabaya. Ia mengaku, hal tersebut bermula dari keresahan warga perumahan yang tidak mempunyai fasilitas tempat ibadah.

Perumahan ini mulai dihuni sejak 2009 lalu. Indra tinggal di Royal Residence sejak 2010, mengetahui persis kalau pihak pengembang sudah menyampaikan perumahan ini tidak dilengkapi rumah ibadah umum. "Ya terus saya muslim, jadi salat jemaah dan Salat Jumat di luar perumahan," tutur  Indra, Selasa (23/7/2019).

Bertahun-tahun tinggal di kompleks perumahan tersebut, keresahan tak memiliki tempat ibadah ternyata tidak dirasakannya sendiri. Ia mengetahui beberapa warga juga ingin adanya tempat ibadah umum di kawasan perumahan.

"Kemudian kami menanyakan ke developer tahun 2014, apakah bisa didirikan rumah ibadah, kalau tidak kami sepakat patungan mendirikan sendiri," kata Indra.

Dari keluhan itu, akhirnya pihak pengembang memberikan sebidang tanah dengan luas 400 meter persegi kepada warga. Namun, polemik sempat terjadi karena beberapa mengusulkan dibangun pasar modern saja. Sementara lainnya tetap ingin ada rumah ibadah.

"Akhirnya semua sepakat buat rumah ibadah, saya usulkan tidak satu atau tertentu, tapi langsung enam rumah ibadah karena memang ada pemeluk agama masing-masing, biar adil," ucap Indra.

Segeralah, proyek pengerjaan enam rumah ibadah di perumahan Surabaya dimulai. Untuk pendanaan bangunan, Indra menyebut secara swadaya dengan cara warga perwakilan agamanya mencari sumbangan.

"Sehingga pengerjaannya tidak bareng, ada yang mulai duluan itu masjid, terus GKI (Gereja Kristen Indonesia), sesuai dana yang ada. Tapi dananya bukan murni warga, ada penyumbang yang itu melalui pengajuan proposal sebelumnya," ujar Indra.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Tiga Tempat Ibadah Baru Selesai Dibangun

Saat ini yang sudah bisa digunakan barulah masjid, Gereja Kristen dan Gereja Katolik. Sementara Pura, Klenteng dan Vihara masih dalam tahap pembangunan.

"Karena ada yang agak lama seperti Klenteng itu ada yang nyumbang ornamen naga tapi barangnya masih impor dari China," tutur Indra.

Tak hanya fokus pada pembangunan tempat ibadah, para warga terbesit untuk membuat organisasi untuk wadah semua umat beragama di komplek perumahan tersebut. Oleh karena itu, tercetuslah ide membuat Forum Komunilasi Rumah Ibadah (FKRI).

"Permasalahan yang ada nantinya bisa diminimalisir dengan adanya FKRI ini. Kami tidak mengurus agamanya, tapi rumah ibadahnya, saling menampung dan bisa share jadwal kalau memang mau ada acara atau kegiatan di rumah ibadah masing-masing," kata Indra.

Adanya FKRI, lanjut Indra, para pemeluk agama bisa menjadwalkan kegiatan rutin dan khusus. Sehingga tidak sampai ada jadwal kegiatan yang sama dan berpotensi mengganggu khidmat atau sakralnya ibadah masing-masing. "Tujuannya tetap komunikasi, koordinasi," ucap Indra.

Selain itu, para tokoh yang ditunjuk di FKRI juga menyepakati hal yang unik di masing-masing tempat ibadah. Seperti di masjid, pengeras suara hanya terpasang di dalam kemudian tidak ada beduk dan di gereja tidak adanya lonceng.

"Itu juga wujud toleransi di antara kami, agar tidak ada yang terganggu satu sama lain. Tujuan kami tetap menjaga kerukunan," ujar Indra.

Termasuk lahan parkir, di FKRI juga telah sepakat semua boleh menggunakan lahan parkir yang ada di komplek depan rumah ibadah. Akan tetapi, yang paling utama ialah memarkirkan kendaraan di depan rumah ibadahnya terlebih dahulu.

"Biasanya minggu itu kan ada kegiatan semua, kalau parkir ya di depan tempat ibadah masing-masing. Kalau tidak cukup bisa sedikit ke lahan lain yang kosong, menyesuaikan saja. Saling berbagi," tutur dia.

Saat ini, Indra berharap agar warga di perumahan terus menjaga toleransi antar umat beragama. Ia tidak ingin membawa masalah intoleransi di luar perumahan. Ia ingin mencontohkan keberagaman itu bisa dirawat di dalam perumahan elit.

"Ya saat ini mohon doanya saja agar kami tetap rukun. Saya tahu ke depan tidak mudah koordinasi dengan adanya enam tempat ibadah. Tapi saya yakin bisa merawat kerukunan di sini," ujar dia. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya