Purwacaraka Ajak Eko Supriyanto Berkolaborasi Saat Hadiri Seminar Unesa

Koreografer Indonesia, Eko Supriyanto menuturkan, di tengah revolusi industri 4.0, ada sejumlah kemudahan yang dapat dinikmati menggapai mimpi dan karier.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Sep 2019, 17:42 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2019, 17:42 WIB
(Foto: Dok Unesa)
Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mendatangkan tiga putra terbaik Indonesia dalam seminar nasional seni pertunjukan pada Sabtu, 14 September 2019 (Foto: Dok Unesa)

Liputan6.com, Jakarta - Koreografer Indonesia Eko Supriyanto menuturkan, di tengah revolusi industri 4.0, ada sejumlah kemudahan yang dapat dinikmati menggapai mimpi dan karier.

Ia menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam seminar nasional seni pertunjukan yang digelar di Fakultas Bahasa dan Senin (FBS) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada Sabtu, 14 September 2019.

Penata koreografi di opening ceremony Asian Games 2018 itu menuturkan, zaman sekarang meski tampak sulit berkompetisi tapi banyak kemudahan yang bisa dinikmati. Hal ini terutama menggapai mimpi dan karier lewat teknologi informasi dan komunikasi.

Ia mengatakan, dari kemudahan itu apa yang bisa diperbuat menjadi karya untuk negeri. Dalam pertunjukan tari, musik dan seni dan lainnya, ide serta informasi yang melimpah saat ini serba memudahkan. Dengan begitu, masyarakat yang tinggal memilih mana yang bagus dan menjadi gagasan dalam berkarya.

"Menghadapi revolusi industri ya dengan memperbanyak karya," tutur Eko Supriyanto, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (16/9/2019).

Sementara itu, Purwacaraka, musikus, komponis dan pencipta lagu itu banyak berbagi pengalamannya mulai kecil hingga menjadi profesional sekarang. Ternyata, dia menempuh itu sejak kecil dan mengawali karier profesional sejak umur 18 tahun. "Saya begini sejak kecil belajar dan bermain musik," ujar dia.

Makanya apa yang saya lakukan dulu, saya petik hari ini," ia menambahkan.

Dia mempertegas, era sekarang adalah era persaingan. Oleh karena itu, menjadi generasi muda harus pandai menangkap peluang, apa yang bisa dibuat menjadi lahan bisnis. Lahan apa yang bisa menjadi gagasan dan karya.

"Ide dan profesional dalam tari maupun musik itu lahir dari hati yang menyatu dengan bidang apa yang kita tekuni, sehingga musik itu seakan bisa berbicara dengan kita, sehingga tarian itu bisa berbicara tentang pesan-pesan kemanusiaan kepada masyarakat banyak," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Generasi Muda Memiliki Banyak Peluang

Nanang Arizona praktisi seni dari Yogyakarta mengatakan, di tengah kemajuan era saat ini, generasi milenial masih memiliki banyak peluang. Peluang itu ada pada teknologi yang ada dalam genggaman. Tinggal pemanfaatannya.

"Apakah mendukung mimpi dan cita-cita atau tidak? Apakah itu mendukung kita dalam berkarya atau tidak," ujar dia.

Dalam penyampaian materi, audiens banyak terhibur. Suasana ruangan khas orang seni. Tidak terlalu formil. Namun mengalir. Terlebih dalam ruangan itu, Purwatjaraka dan Eko Supriyanto berkolaborasi. Purwacaraka unjuk kemampuan musiknya, sementara Eko Supriyanto mengeluarkan kemampuan tarinya. Dekan FBS Trisakti mengatakan, harusnya seminar itu bukan seminar nasional.

Harusnya menjadi seminar internasional. Sebab pembicara yang hadir adalah orang-orang yang sudah malang melintang di pentas dunia.

"Semoga ini menjadi inspirasi buat kita semua untuk terus berkarya dan membanggakan bangsa di mata dunia, kita bisa, generasi Indonesia punya kelebihan itu, mari kita tunjukan kepada dunia," ujar Trisakti.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya