Liputan6.com, Jakarta - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya dan Tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meninjau ke lapangan untuk survei penyebab fenomena tanah berasal di kawasan Stasiun Lokomotif Dipo Sidotopo, Surabaya, Jawa Timur.
Tim yang meninjau kawasan tersebut antara lain dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) ITS Surabaya yang dipimpin oleh Dr Amien Widodo terdiri dari Dr Ira Anjasmara, Juan Rohman, dan Wien Lestari.
Amien bersama tim menemukan sejumlah fakta menarik terkait tanah berasap tersebut. Asap keluar dari tanah itu menyebabkan kayu dan koran yang coba dimasukkan langsung terbakar.
Advertisement
Baca Juga
Tanah itu juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanah yang ada di sekitarnya. Tanah berasap memiliki ukuran pasir. Sedangkan tanah sekitarnya memiliki ukuran lempung dari endapan alluvial.
"Dari segi warnanya juga berbeda, tanah berasap memiliki warna yang lebih hitam dan mengkilap,” tutur Amin pada Rabu, 8 Januari 2020.
Amien menilai, kemungkinan tanah berasap di Dipo Sidotopo tidak berasal dari gas alam mengingat asap yang keluar masih normal. “Asapnya tidak besar, jadi kemungkinan bukan dari gas alam,” ujar dia.
Ingin tahu hal-hal yang terkait dengan fenomena tanah berasap di dekat kawasan stasiun lokomotif Dipo Sitodopo Surabaya ini? Berikut rangkumannya, Kamis (9/1/2020):
1.Dugaan Penyebab Tanah Berasap
Pimpinan Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) ITS, Amien Widodo menduga ada beberapa kemungkinan faktor penyebab fenomena tanah berasap. Pertama, keberadaan sisa batu bara yang dibuang di area Dipo Sidotopo Surabaya.
“Batu bara ini berasal dari bahan bakar kereta api zaman dahulu yang tersisa dan menumpuk sehingga keluar asap,” ujar dia.
Kedua, kemarau panjang. Ia menuturkan, kemarau panjang semakin membuat tumpukan batu bara membara dan mengeluarkan asap.
Ketiga, ada sampah dari beberapa tahun lalu yang sengaja dibuang ke area tersebut. Sampah-sampah ini kemudian memicu terbentuknya biomassa. “Biomassa inilah yang mungkin menyebabkan tanah tersebut berasap,” ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Dipantau Pemkot Surabaya
2. Dipantau Pemkot Surabaya hingga Dinas ESDM Jawa Timur
Pemkot Surabaya melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) membatasi tanah yang mengeluarkan asap tersebut untuk mengamankan lokasi dan memantau perkembangan. Tanah di lahan dekat stasiun tersebut sedang diteliti oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Pihaknya juga berkoordinasi dengan Dinas ESDM Jawa Timur.
“Lebih lanjut akan dilakukan pengkajian baik sumber maupun penanganannya. Dinas Lingkungan Hidup tiap hari datang memantau perkembangannya,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Eko Agus.
3.Lokasi Setempat Aman bagi Warga
Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat (BPB Linmas) Surabaya, di sekitar lokasi tanah yang mengeluarkan asap dengan hasil suhu rata-rata tanah di lokasi tersebut berkisar antara 35-36 derajat celcius.
Lokasi lahan itu juga merupakan depo kereta api dan jauh dari permukiman atau perkampungan dan aktivitas warga setempat.
Hingga kini belum ada laporan warga terdampak kesehatannya akibat tanah panas dan berasap di lokasi tersebut.
Petugas KAI menyatakan kalau lokasi itu merupakan bekas pembuangan batu bara untuk bahan bakar kereta api dari zaman Belanda. "Berdasarkan pemeriksaan kandungan udara, untuk saat ini lokasi setempat aman bagi warga setempat maupun petugas PT KAI," tutur Kepala BPB Linmas Surabaya, Eddy Christianto.
Advertisement
Selanjutnya
4.Tidak Ganggu Perjalanan Kereta Api
Fenomena tanah berasap ini sebelumnya ditemukan di lahan lapangan di dekat Stasiun Dipo Lokomotif Sidotopo Surabaya, Jawa Timur pada Sabtu, 4 Januari 2020.
Penemuan fenomena tanah berasap ini didapatkan dari petugas keamanan PT KAI yang sedang berpatroli.
“Selanjutnya kita langsung mengamankan lokasi dengan tali pembatas dan dijaga, agar tidak ada orang yang melintas,” ujar Manager Humas PT KAI Daop 8 Surabaya, Suprapto pada Sabtu, 4 Januari 2020.
Ia menuturkan, fenomena tersebut masih dalam tahap penyelidikan lebih lanjut guna mengetahui penyebabnya. “Lokasinya jauh dari keramaian dan jauh dari jalur kereta api, jadi tidak menganggu perjalanan kereta api,” ujar dia.