Ini Dugaan Faktor Penyebab Fenomena Tanah Berasap di Lahan Stasiun Dipo Surabaya

Tim dari ITS bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya menemukan sejumlah fakta menarik saat survei tanah berasap di kawasan stasiun dipo Sidotopo.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 09 Jan 2020, 06:37 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2020, 06:37 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Tim ITS Tim bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya kunjungi lahan berasap di kawasan Stasiun Lokomotif Dipo Sidotopo, Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya mensurvei untuk mengetahui penyebab dari fenomena tanah berasap di kawasan Stasiun Lokomotif Dipo Sidotopo, Surabaya, Jawa Timur.

Tim dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) ITS dipimpin oleh Dr Amien Widodo. Anggota tim lainnya yaitu Dr Ira Anjasmara, Juan Rohman, dan Wien Lestari.

Amien membenarkan, asap tersebut keluar dari tanah hingga menyebabkan kayu dan koran yang coba dimasukkan langsung terbakar.Dari hasil kunjungan di lapangan, dosen Departemen Teknik Geofisika ITS Surabaya ini bersama tim menemukan beberapa fakta menarik.

Tanah berasap tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanah yang ada di sekitarnya. Tanah berasap memiliki ukuran pasir, sedangkan tanah sekitarnya memiliki ukuran lempung dari endapan aluvial.

"Dari segi warnanya juga berbeda, tanah berasap memiliki warna yang lebih hitam dan mengkilap," tutur Amin, Rabu, 8 Januari 2020.

Amien menjelaskan, fenomena tersebut tidak hanya sekali terjadi di Jawa Timur. Sebelumnya di kawasan Kutisari, Surabaya dan Sampang, Madura juga pernah mengalami kejadian serupa. "Memang secara alami daerah di Jawa Timur ini adalah cekungan minyak dan gas bumi," papar dosen asal Jogjakarta ini.

Namun setelah diamati, Amien berpendapat, kemungkinan tanah berasap di daerah Dipo Sidotopo tersebut tidak berasal dari gas alam. Amien meyakini hal tersebut, lantaran asap yang keluar dinilai masih normal. "Asapnya tidak besar, jadi kemungkinan bukan dari gas alam," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Dugaan Penyebab Fenomena Tanah Berasap

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Petugas keamanan PT KAI yang sedang patroli melaporkan tanah yang keluarkan api dan asap di lahan lapangan dekat Stasiun Dipo Lokomotif Sidotopo, Surabaya. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Melanjutkan hal tersebut, dosen lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menyampaikan, ada beberapa kemungkinan faktor penyebab fenomena tersebut. Kemungkinan pertama yaitu keberadaan sisa batu bara yang dibuang di area Dipo Sidotopo.

"Batu bara ini berasal dari bahan bakar kereta api zaman dahulu yang tersisa dan menumpuk sehingga keluar asap," tutur dosen yang aktif meneliti masalah bencana ini.

Tak hanya itu, Amien menilai, kemarau yang panjang juga bisa menjadi faktor berikutnya. "Kemarau panjang ini semakin membuat tumpukan batubara membara dan mengeluarkan asap," terangnya lagi.

Amien melanjutkan, faktor lainya yaitu adanya sampah dari beberapa tahun lalu yang sengaja dibuang ke area tersebut. Sampah-sampah ini kemudian memicu terbentuknya biomassa. "Biomassa inilah yang mungkin menyebabkan tanah tersebut berasap," ujarnya.

Amien menyampaikan, sampai saat ini sampel tanah dari Dipo Sidotopo masih diteliti bersama dengan melibatkan beberapa dosen Departemen Teknik Geomatika dan juga DLH Kota Surabaya.

Amien berharap, survei ini dapat membantu memberi informasi kepada masyarakat sekitar, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir lagi saat fenomena ini terulang kembali. "Jangan terlalu panik, ini adalah fenomena yang sering dan lumrah terjadi," ujarnya. 

Tim dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) ITS bersama tim DLH Kota Surabaya mengunjungi tempat kejadian perkara (TKP), untuk melihat langsung sekaligus mengambil sampel tanah yang selanjutnya akan diuji di Laboratorium Energi ITS.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya