Pakar Tsunami Bantah Isu Lempengan Bumi Membesar di Wilayah Surabaya

Sebelumnya, muncul informasi tidak terkonfirmasi di media sosial dan grup-grup pesan singkat yang mengatakan bahwa kota Surabaya terancam gempa yang mengakibatkan kota itu hancur.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Feb 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2020, 09:00 WIB
Vulkano lumpur Lusi (2)
Pulau Jawa 'duduk' di atas lempeng-lempeng tektonik Bumi yang saling mendorong. (Sumber Earth Observatory of Singapore)

Liputan6.com, Jakarta - Pakar tsunami Widjo Kongko membantah informasi yang tidak terkonfirmasi yang beredar soal patahan lempeng bumi membesar di daerah Surabaya dan sekitarnya, meski daerah itu memang dilewati sesar, namun potensi gempa hanya satu faktor yang mempengaruhi kerusakan.

"Sesar yang melewati Surabaya telah dipetakan dan tercantum dalam buku Gempa PUSGEN (Pusat Studi Gempa Bumi Nasional) 2017 dengan potensi magnitudo 6.5. Pemetaan yang lebih detail diperlukan karena potensi kegempaan hanya salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan," kata peneliti senior Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) itu ketika dihubungi dari Jakarta pada Sabtu, 22 Februari 2020.

Sebelumnya, muncul informasi tidak terkonfirmasi di media sosial dan grup-grup pesan singkat yang mengatakan kota Surabaya terancam gempa yang berbunyi sebagai berikut:

"Ini dpt info dr group LPMK AAC. Bu Risma minta utk didoakan agar kota Surabaya tdk hancur krn adanya patahan lempeng yg melewati Sukolilo sampe Cerme Gresik Dan patahan yg garis kedua dari Waru ke Krian, Mojokerto, Jombang, Nganjuk sampe Cepu."

Menurut Widjo, memang terdapat sesar Surabaya yang menurut penelitian dimulai dari kawasan Keputih hingga Cerme tapi mengenai potensi kehancuran seperti yang disebarkan lewat pesan tersebut, dia mengatakan, perlu pemetaan lebih soal tingkat kerusakan, dilansir dari Antara.

Pemetaan yang dimaksud adalah jenis tanah atau batuan dasar. Karena setiap jenis tanah memiliki respons yang berbeda-beda terhadap gelombang seismik gempa.

Hal itu harus dilakukan, kata dia, mengingat potensi risiko yang tinggi di wilayah Surabaya dan sekitarnya bergantung kepada kepadatan penduduk dan aset atau bangunan yang berada di sana.

"Tetapi karena wilayah itu memang telah dipetakan dan adanya sesar, maka tentu ada pergerakan yang terus menerus," ujar Widjo.

Oleh karena itu dia mendorong kajian yang lebih rinci terkait daerah tersebut dan potensi-potensi yang ada oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan berbagai pihak seperti lembaga penelitian, universitas, dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya