Hari Pertama Lebaran, DPRD Surabaya Prihatin Penjagaan di Titik Pemeriksaan Longgar

Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Surabaya prihatin dengan tidak disiplinnya aparat dalam menjaga sejumlah titik selama pelaksanaan PSBB tahap II.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Mei 2020, 02:00 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2020, 02:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Ilustrasi jalan di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Penjagaan di sejumlah titik perbatasan Kota Surabaya dengan Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap II, khususnya pada hari pertama Lebaran, Minggu (24/5/2020), longgar.

"Barusan saya melewati tiga titik pengawasan pertama di MERR Gunung Anyar, Pondok Candra dan Pasar Gedangan. Tapi tidak ada pemeriksaan suhu badan, tidak ada pengecekan penumpang dan tidak ada petugas medis yang berjaga," kata warga Medokan Tambak, Rungkut, Arif Fathoni, seperti dikutip dari Antara.

Dia prihatin dengan tidak disiplinnya aparat dalam menjaga sejumlah titik selama pelaksanaan PSBB Surabaya Raya tahap II yang berakhir pada 25 Mei 2020.

Mendapati hal itu, Arif Fathoni yang juga Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Surabaya lantas mempertanyakan jika adanya rencana PSBB Tahap III.

"Lalu PSBB Tahap III mau pakai metode apa?. Semoga tidak, mestinya Gubernur Jatim sudah dapat laporan objektif bahwa PSBB Tahap I dan II, warga hanya dapat kerugian ekonominya, tapi pendisiplinan masyarakat tidak tercapai," ujar dia.

Hal ini terbukti petugas gabungan di titik pengawasan di Bundaran Waru (Perbatasan Surabaya-Sidoarjo) harus memaksa ratusan pengendara kendaraan bermotor tidak melanjutkan perjalanannya masuk ke Kota Surabaya pada hari pertama Lebaran di tengah pemberlakuan PSBB.

Langkah itu diambil oleh petugas gabungan karena ratusan pengendara yang didominasi oleh sepeda motor berpelat W itu tidak memiliki tujuan jelas saat diperiksa oleh petugas gabungan.

"Sebaiknya diganti saja dengan mengintensifkan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana mutasi virus dan cara-cara penyebarannya baik melalui pertemuan verbal maupun media-media agitasi yang lain hingga tercipta kesadaran kolektif," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Selanjutnya

Dia menuturkan, kalau kesadaran kolektif masyarakat susah terbangun, masyarakat akan meningkatkan kewaspadaan dini dengan sendirinya. Masyarakat sudah dipaksa melalui PSBB Tahap I dan II, ternyata tidak berhasil, sudah saatnya diganti dengan pendekatan yang berbeda.

"Kira-kira analisa daerah mana saja yang kurang teredukasi sehingga tidak ada diferensiasi antara diterapkan PSBB dan tidak, galakkan edukasi di situ dan kerahkan segala sumber daya," katanya.

Anggota Komisi A DPRD Surabaya ini mengatakan selama puasa di Bulan Ramadan, banyak warga beribadah di rumah. Tentunya pasca-Lebaran warga harus menyambung hidup, kalau PSBB Tahap I dan II sedikit mampu mencapai tujuannya, silahkan di perpanjang.

"Tapi ternyata hasil pandangan empirik saya tidak ada perubahan berarti, maka perpanjangan yang ketiga menjadi tidak relevan," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya