Penyebab Angka Kematian karena Corona COVID-19 di Jatim Tinggi

Berdasarkan laporan media harian COVID-19 pada 14 Juni 2020 pukul 12.00 WIB, total pasien meninggal karena Corona COVID-19 mencapai 600 orang di Jawa Timur.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Jun 2020, 09:19 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2020, 21:00 WIB
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19.
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Angka kematian pasien akibat Corona COVID-19 di Jawa Timur (Jatim) termasuk salah satu tertinggi di Indonesia. Angka kematian pasien karena Corona COVID-19 di Jawa Timur lebih tinggi dari DKI Jakarta.

Berdasarkan laporan media harian COVID-19 pada 14 Juni 2020 pukul 12.00 WIB, total pasien meninggal karena Corona COVID-19 mencapai 600 orang di Jawa Timur. Di DKI Jakarta, total pasien meninggal karena Corona COVID-19 mencapai 555 orang.Kemudian disusul Kalimantan Selatan sebanyak 125 orang.

Sementara itu, total pasien positif Corona COVID-19 di Jawa Timur sebanyak 7.793 orang hingga 14 Juni 2020. Di DKI Jakarta sebanyak 8.978 orang, dan Sulawesi Selatan sebanyak 2.840 orang.

Di satu sisi, pasien sembuh dari Jawa Timur mencapai 2.192 orang, DKI Jakarta sebanyak 4.089 orang dan Sulawesi Selatan sebanyak 902 orang.

Pakar Kesehatan Masyarakat dari Universitas Airlangga (Unair), Dr Windhu Purnomo menuturkan, angka kematian karena Corona COVID-19 di Jawa Timur yang tinggi karena penularan terus terjadi di masyarakat sehingga menimbulkan kasus terkonfirmasi positif Corona COVID-19.

Sejumlah wilayah di Jawa Timur yang mencatat kasus positif COVID-19 terbanyak antara lain di Surabaya sebanyak 3.918 orang, Sidoarjo sebanyak 926 orang, dan Gresik sebanyak 297 orang hingga 13 Juni 2020.

Windhu menuturkan, Surabaya menyumbang sekitar 55-60 persen kasus di Jawa Timur. Di sisi lain, rumah sakit di Jawa Timur terutama Surabaya sudah over capacity atau kelebihan kapasitas.

"RS umum terbesar yaitu RSUD Dr Soetomo yang antre belum bisa dapatkan ruang perawatan sekitar 30-40 pasien, bisa tunggu empat hari. Pasien sudah konfirmasi positif gejala sedang hingga berat tidak dapat perawatan risikonya tinggi," ujar Windhu saat dihubungi Liputan6.com, Minggu, (14/6/2020).

Lebih lanjut ia menuturkan, ketika pasien terkonfirmasi positif Corona COVID-19 sudah masuk rumah sakit juga berdesak-desakan karena kapasitas terbatas sehingga perawatan kurang optimal. Ditambah tenaga kesehatan yang terpapar Corona COVID-19 sehingga berdampak terhadap perawatan.

"Di Surabaya overload, perawatan tadi kurang optimal. Banyak tenaga kesehatan yang tertular sehingga harus diisolasi dan jumlah dokter dan perawat berkurang," ujar Windhu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Usul Tes Masif hingga Peningkatan Kapasitas RS

Ilustrasi Rumah Sakit
Ilustrasi Rumah Sakit (pixabay.com)

Oleh karena itu, Windhu menuturkan, pada masa transisi di Surabaya, Jawa Timur, tes masif harus terus dilakukan. Tes masif COVID-19 yang dilakukan untuk menangkap kasus terkonfirmasi positif sehingga dapat segera isolasi dan melakukan perawatan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.

"Meski saat ini sudah tinggi tapi belum ideal. Tes masif ini untuk tangkap kasus, kemudian isolasi, dikunci yang tahu konfirmasi positif sehingga tidak menularkan ke orang lain," kata dia.

Selain itu, Windhu menuturkan, pemerintah kota Surabaya juga mesti meningkatkan kapasitas rumah sakit. Menurut Windhu, RSUD Dr Soetomo yang berada di Surabaya sedang meningkatkan kapasitas tempat tidur sehingga menjadi 200.

Ia mengharapkan, ada salah satu rumah sakit pemerintah kota Surabaya yang khusus menangani COVID-19. "Pemkot ada dua rumah sakit yaitu RSUD Soewandhi dan Bhakti Darma Husada (BDH) di Benowo. Nah RS BDH di Benowo itu harap jadi khusus COVID-19 sehingga meningkatkan kapasitas,"ujar dia.

Windhu mengatakan, ketika masa transisi berlaku, sebelumnya sistem kesehatan harus dipersiapkan dahulu. "Jumlah bed di rumah sakit itu harus 120 persen dari pada potensi pasien yang akan dirawat. Jadi minimum dinaikkan 20 persen, itu berdasarkan kriteria Bappenas," kata dia.

Windhu pun mengharapkan angka kasus kematian karena Corona COVID-19 tersebut dapat ditekan. Hal itu menurut Windhu, menjadi suatu prestasi. 

Gugus Tugas Jatim Sebut Unpreditacble Kasus Kematian karena Corona COVID-19

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Ketua Gugus Kuratif Covid-19 Jatim, Joni Wahyuhadi (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sebelumnya, jumlah kematian pasien akibat Corona COVID-19 di Jawa Timur lebih tinggi dari DKI Jakarta. Tercatat sementara pasien meninggal di DKI Jakarta hingga Kamis, 11 Juni 2020 sebanyak 537 pasien.

Berdasarkan data yang disampaikan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jawa Timur, pasien meninggal di Jawa Timur mencapai 575 orang hingga Kamis, 11 Juni 2020. Ada tambahan pasien meninggal karena Corona COVID-19 sebanyak 22 orang.

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jawa Timur dan juga menjabat Direktur Utama RSUD Dr Soetomo, Joni Wahyuhadi mengatakan, kasus Corona COVID-19 bervariasi dan tidak bisa diprediksi. Ia bersama kolega di RSUD dr Soetomo pun bertanya-tanya dan berusaha untuk mengungkapkan rahasia dibalik COVID-19.

"Saya yang dipercaya untuk memimpin RS besar, RSUD dr Soetomo, tiap hari menangis karena memang perjalanan penyakit seorang menderita COVID-19 unpredictable," ujar dia, dalam konferensi pers di Gedung Negara Grahadi, Kamis, 11 Juni 2020.

Ia menuturkan, ada seorang pasien terinfeksi Corona COVID-19 berusia 38 tahun memakai ventilator sempat membaik. Pada hari ketujuh dan delapan lepas ventilator, dan bisa duduk, kemudian pindah ruangan perawatan. Akan tetapi, kemudian meninggal mendadak seperti serangan jantung.

Di satu sisi, ada pasien dari RS swasta, yang sudah tak sadar dan dirawat intensif. Kemudian akhirnya pulih dan pulang, Joni menuturkan, pasien itu badannya gemuk dan mendonorkan plasma darahnya. "Jadi sangat variasi, unpredictable,” kata dia.

Oleh karena itu, ia mengingatkan untuk menghindari penyakit COVID-19 karena penularan mudah lewat droplet atau percikan air liur. Joni mengimbau masyarakat untuk mentaati protokol kesehatan seperti memakai masker dan menerapkan jaga jarak.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya