Liputan6.com, Jakarta - Hery Haryanto Azumi, Ketua Umum Forum Satu Bangsa, lembaga yang bergerak di bidang kajian strategis dan gerakan arus bawah menyatakan, Muktamar NU adalah momentum strategis untuk perbaikan organisasi, bangsa dan dunia.
Pengabdian NU selama hampir satu abad usianya telah berhasil membentuk karakter bangsa dan turut menjadi penentu bentuk negara pluralistik yang diterima semua elemen bangsa.
"NU berhasil mengusung politik kebangsaan di atas politik keagamaan tanpa harus kehilangan identitas keislaman yang menjadi spirit dan inspirasinya," ujar tokoh muda NU yang akrab disapa Mas Hery ini, Rabu (22/12/22021).
Advertisement
Kepeloporan NU untuk memenangkan politik kebangsaan ini telah membangkitkan kepercayaan tentang kemungkinan menjadikan agama sebagai inspirasi bagi bangunan politik demokratis.
"NU tidak terjebak ke dalam formalisme politik keagamaan yang saat ini menjadi aspirasi kelompok Islamis," ujarnya.
NU, kata dia, berhasil membentuk satu karakteristik pemikiran keagamaan dan praktik kebudayaan yang khas dan menjiwai kebudayaan nasional.
"NU berhasil berkelit dari jebakan formalisme politik dan sekularisme demokratis yang gagal dihindari oleh banyak negara dengan populasi Muslim yang mayoritas atau signifikan", tutur Hery.
Dengan landasan ini, mantan Ketua Umum PMII ini, NU dapat mendorong Bangsa Indonesia untuk menyusuri track masa depan yang relatif bebas dari konflik ideologis.
"Tantangan terbesar NU di periode transisi ini adalah memastikan bahwa legacy tersebut dapat diselamatkan dan dilanjutkan pada Periode 100 Tahun Kedua NU", lanjut Hery.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Transisi
Saat ini, dalam pandangan Hery, NU memerlukan figur yang dapat menghantarkan jamaah dan jam'iyyah NU melalui masa transisi ini dengan selamat dan mampu beradaptasi dengan arus baru perubahan dunia.
"Sangat berbahaya jika NU salah strategi dan langkah dalam menjaga basis tradisi nasional, tidak hanya bagi NU tetapi juga bagi Bangsa Indonesia", simpul Hery.
Agar NU utuh memasuki Periode 100 Tahun Kedua, dia mengusulkan agar duet Ma'ruf Amin sebagai Rais 'Aam Syuriyah dan Said Aqiel Siraj sebagai Ketua Umum Tanfidziyah dipertahankan.
Tentunya dengan melibatkan SDM muda NU yang melimpah di berbagai bidang dan profesi agar pada fase berikutnya kaum muda NU telah betul-betul siap untuk menerima estafet kepemimpinan.
"Dari berbagai nasihat dan usulan para kyai sepuh dan dzurriyah, kedua figur tersebut adalah guarantor keutuhan dan keberlanjutan (sustainability) NU", pungkas alumnus Pesantren Denanyar ini.
Advertisement