Sosiolog Unair Usulkan Kasus Sesajen Semeru Diselesaikan Kekeluargaan

Bagong mengatakan, HF tidak perlu dilaporkan ke kepolisian, karena bangsa Indonesia perlu belajar memaafkan dan memahami orang yang tidak mengerti.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 17 Jan 2022, 23:06 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2022, 23:06 WIB
Sosiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Bagong Suyanto. (Dian Kurniawan/liputan6.com)
Sosiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Bagong Suyanto. (Dian Kurniawan/liputan6.com)

Liputan6.com, Surabaya - Pakar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Bagong Suyanto menilai kasus penendangan sesajen di kawasan Gunung Semeru bisa diselesaikan dengan kekeluargaan. 

Bagong mengatakan, HF tidak perlu dilaporkan ke kepolisian, karena bangsa Indonesia perlu belajar memaafkan dan memahami orang yang tidak mengerti.

"Menurut saya memang, tidak perlu memperpanjang masalah ini sampai ke ranah hukum. Kita bisa menyelesaikannya dengan cara kekeluargaan dan yang terpenting ketika pelaku sudah meminta maaf maka ya selesai permasalahannya," ujarnya, Senin (17/1/2022), dikutip dari Antara. 

"Karena menurut informasi yang saya dapat juga, pelaku tidak berasal dari wilayah Lumajang sehingga mungkin tidak mengetahui adat-istiadat setempat," tuturnya. 

Meskipun menganggap bahwa peristiwa yang menyangkut HF bisa diselesaikan secara kekeluargaan, namun Dekan Fisip Unair tersebut tetap tidak menyetujui tindakan itu. 

Menurutnya, Indonesia adalah bangsa multikulturalisme sehingga setiap orang perlu menghargai perbedaan.

"HF kan orang luar daerah yang datang ke komunitas lokal. Maka dia harus berempati dan belajar memahami perbedaan," ujar Bagong.

 

Pelajaran Bersama

Sesajen Gunung Semeru
Video berisi seorang pria menendang sesajen di lokasi erupsi Gunung Semeru viral di media sosial. (Liputan6.com/ Istimewa)

Bagong menuturkan bahwa hal ini bisa menjadi pelajaran bersama. "Supaya kita mau mengenal dan memahami ritual dari agama dan kepercayaan lain. Itu penting sebagai bekal hidup di negara yang penuh perbedaan ini," katanya. 

Masyarakat boleh saja mempercayai dan mengimani suatu keyakinan. Akan tetapi kemudian, mereka tidak perlu menyalahkan atau merendahkan yang lainnya. Cukup dirasakan sendiri tanpa menyinggung keyakinan lain.

Melalui sikap yang demikian itu, maka ke depannya diharapkan tidak akan terulang kejadian serupa. Hal itu karena tidak ada anggapan salah terhadap kelompok atau keyakinan lain. 

Selebihnya yang ada yakni penghormatan dan kesediaan untuk menerima bahwa perbedaan itu ada. 

"Jadi masyarakat harus betul-betul memahami bahwa kita hidup di lingkungan yang beraneka ragam. Sehingga ketika hendak menilai suatu kelompok lain yang berbeda, janganlah memakai ukuran kita sendiri," katanya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya