Liputan6.com, Surabaya - Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta membenarkan dua anggotanya ikut menjadi korban tewas akibat kerusuhan di usai laga derby antara Arema FC versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu 1 Oktober kemarin malam.
"Meningggal sebanyak 127 orang, dua diantaranya anggota polri dan 125 suporter," ujarnya.
Dia menyatakan saat ini masih ada 180 orang yang saat ini dalam proses perawatan. Irjen Nico mengatakan, dari kurang lebih empat ribu penonton yang hadir di stadion, tidak semuanya anarkis dan tidak semuanya kecewa. Hanya sebagian dari mereka yang turun ke lapangan.
Advertisement
"Jadi ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan kalau semua tertib aturan maka tidak akan terjadi seperti ini. Karena peristiwa ini ada sebab dan akibat," ujarnya.
"Sekali lagi kami berbela sungkawa dan akan melakukan langka-langka dengan steakholder terkait supaya ini tidak terjadi lagi," imbuh Irjen Nico.
Irjen Nico menceritakan, terkait pertandingan sepak bola antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Polri beserta penyelenggaraan serta instansi terkait sudah melaksanakan rapat beberapa kali.
"Sehingga pertandingan ini disepakati hanya dihadiri oleh supporter dari Arema saja. Sehingga tidak ada suporter dari Persebaya. Sedangkan untuk suporter Persebaya, hanya melakukan nonton bareng (nobar) di wilayah masing-masing," ucapnya.
Pertandingan pada Sabtu ini dimulai pada 20.00 WIB sampai 22.00 WIB. Dalam prosesnya dimenangkan Persebaya dengan skor 3-2. "Proses pertandingan tidak ada permasalahan hingga selesai," ujar Irjen Nico.
Kecewa Karena Kalah
Permasalahan terjadi pada saat pertandingan telah selesai, lantaran ada rasa kekecewaan dari penonton yang melihat tim kesayangannya tidak pernah kalah.
"Selama 23 tahun bertanding tidak pernah kalah namum pada malam ini kalah dengan Persebaya," ucap Irjen Nico.
Kekalahan itu yang membuat para suporter turun kelapangan dan berusaha mencari official dan pemain untuk menanyakan kenapa tim kesayangannya sampai kalah atau melampiaskan kekecewaan.
"Oleh karena itu, petugas keamanan berusaha melakukan upaya pencegahan dan melakukan upaya pengalihan supaya merekan tidak bertambah masuk ke tengah lapangan," ujar Irjen Nico.
Dalam prosesnya itu, untuk melakukan upaya pencegahan sampai dilakukan tembakan gas air mata.
"Karena sudah mulai anarkis, menyerang petugas, merusak mobil. Dan karena adanya gas air mata, maka mereka pergi keluar ke suatu titik," ucap Irjen Nico.
"Kemudian terjadi penumpukan dan terjadi sesak nafas atau kehabisan oksigen, dan sudah ada upaya pertolongan dari tim medis dan dievakuasi ke beberapa rumah sakit," tambah Irjen Nico.
Advertisement