Sukses Kembangkan Agroforestri, Pemuda Desa Mriyan Boyolali Jadi Betah di Kampung Sendiri

Para pemuda Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Boyolali, tidak lagi tergiur untuk mencari pekerjaan ke kota-kota besar di luar daerahnya. Mereka lebih memilih tinggal di kampungnya sendiri dengan memberdayakan tanaman hortikultura yang bisa dijadikan penghasilan.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 15 Agu 2023, 14:48 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2023, 14:48 WIB
Kopi Gumuk yang diproduksiwarga  Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Boyolali. (Istimewa)
Kopi Gumuk yang diproduksiwarga Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Boyolali. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Para pemuda Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Boyolali, tidak lagi tergiur untuk mencari pekerjaan ke kota-kota besar di luar daerahnya. Mereka lebih memilih tinggal di kampungnya sendiri dengan memberdayakan tanaman hortikultura yang bisa dijadikan penghasilan.

Ketua Kelompok Karya Muda Komunitas Petani Konservasi Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Boyolali, Joko Susanto mengatakan, keberhasilan pengembangan agroforestri di desanya ini setelah mendapat pendampingan dari Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Karanganyar dan pabrik AQUA Klaten.

“Ada beberapa kegiatan kami yang mendapat pendampingan saat itu, salah satunya adalah konservasi anggrek Merapi, budidaya kopi dan tanaman asli merapi seperti pohon Dadap Duri, salah satu favorit makanan untuk satwa lutung Jawa atau lutung Merapi yang banyak menampung air,” ujarnya, Senin 14 Agustus 2023.

Awalnya, Joko menginisiasi berdirinya Kelompok Karya Muda Dukuh Gumuk yang terdiri dari 11 pemuda desa pada 2016 untuk konservasi anggrek spesies khususnya di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi yang hampir punah.

“Kami kasihan waktu itu melihat anggrek Merapi itu sudah hampir punah,” ungkapnya.

Namun, dengan adanya pendampingan dari LPTP dan AQUA Klaten, saat ini sudah ada puluhan pohon anggrek Merapi yang dikembangkan oleh kelompok warga Mriyan. Anggrek tersebut terdiri dari 23 varian, salah satunya Vanda tricolor.

Joko mengatakan jumlah varian anggrek Merapi seharusnya ada lebih dari 130 jenis. Saat ini, dia dan kawan-kawannya sedang merawat puluhan pohon anggrek di dalam sebuah green house berukuran 4 meter x 6 meter.

Pendampingan LPTP dan AQUA Klaten tidak sampai di situ saja. Pada 2017, warga di Desa Mriyan ini juga dibimbing untuk mengembangkan budidaya tanaman kopi di lereng-lereng Merapi di luar kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.

Selain untuk konservasi air dan mencegah longsornya tanah, menurutnya, dari tanaman kopi ini bijinya bisa diolah sendiri dengan memberdayakan pemuda-pemuda yang tinggal di Desa Mriyan.

"Alhamdulillah pemuda di sini itu nggak ada yang merantau, nggak ada yang ke luar desa. Tetap masih konsisten dengan pekerjaannya sebagai tani, sebagai anak desa,” ucapnya.

Saat ini, para pemuda desa Mriyan ini bahkan sudah mendirikan Kedai Kopi Gumuk di desanya. Selain menyuguhkan kopi bertajuk Gumuk Coffee yang menjadi salah satu kuliner kopi yang wajib dicoba.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pelatihan Menjadi Barista

Parli, salah satu barista dalam kedai Kopi Gumuk mengatakan, dulu sebelum didampingi LPTP dan AQUA Klaten, kopi di desa Mriyan ini hanya dikonsumsi di rumah-rumah saja dan belum dikenal orang.

“Tapi, dengan adanya pendampingan, kopi kita sekarang bisa dikenal di daerah-daerah lain. Apalagi kalau setiap Sabtu dan Minggu itu biasanya para gowes pada mampir minum kopi di Kedai Kopi Gumuk ini. Kami juga diberi pelatihan untuk bisa menjadi barista yang baik. Dari pelatihan itu, kami sudah bisa roasting kopi sekarang,” katanya.

Hingga kini, kopi dari desa Mriyan ini sudah banyak dipesan dari daerah-daerah lainnya seperti Jakarta, Bandung, Jogja, dan Klaten.

“Memang untuk saat ini, penghasilan dari kopi ini belum sebesar yang didapat masyarakat dari tembakau dan mawar. Tapi, kedepannya penghasilan dari kopi ini mungkin bisa sama. Yang penting, kita konsisten karena memang masih dalam tahap belajar bagaimana nanti bisa mengembangkan yang lebih baik lagi,” ujarnya.

Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona
Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya