Liputan6.com, Surabaya - Warga terdampak gempa di Dusun Pasir Panjang, Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Ahmad Muzayyin mengeluhkan kesulitan mendapat makanan siap saji, karena tidak adanya dapur umum di setiap desa.
Menurut bapak dua anak ini dapur umum hanya didirikan di wilayah kecamatan, sementara jarak antar desa ke desa dan kecamatan di Bawean berjauhan.
Baca Juga
"Jangankan ke kecamatan, jarak dari desa ke desa aja berjauhan. Kalau pemerintah serius peduli warga terdampak gempa, harusnya dapur umum didirikan di setiap desa, bukan hanya di wilayah kecamatan," ujarnya, Rabu (27/3/2024).
Advertisement
Ahmad mengatakan, warga Bawean terdampak gempa saat ini sangat membutuhkan logistik, khususnya makanan siap saji. Karena mereka kesulitan bahan baku untuk memasak, dan tidak adanya dapur umum yang dekat dengan pemukiman.
"Banyak sekali kebutuhan kita. Khususnya soal logistik. Para pengungsi disini sangat membutuhan makanan yang siap saji," ucapnya.
Ia menyebut, dapur umum yang didirikan oleh pemerintah hanya ada di kantor kecamatan saja. Sedangkan di pedesaan, tidak terdapat bantuan untuk dapur umum.
Ironisnya, jarak antara tempatnya bermukim dengan dapur umum yang didirikan pemerintah cukup jauh. Ia pun menyayangkan pemerintah tidak mendirikan dapur umum di desa setempat.
"Padahal makan siap saji sangat dibutuhkan masyarakat terdampak gempa, tapi di desa kami tak ada dapur umum," katanya.
Menurutnya, dapur umum dibutuhkan untuk membantu masyarakat dalam berbuka puasa dan sahur. Mengingat mereka tidak berani kembali ke rumah, lantaran khawatir ada gempa susulan.
"Terutama warga yang rumahnya mengalami rusak sedang dan berat, khawatir ambruk kalau masuk ke rumah," ujarnya.
Selain dapur umum, bapak dua anak itu juga menyebut bantuan logistik tak merata di desanya. Sebagian besar warga terdampak gempa, belum mendapat bantuan semestinya.
"Misalnya bantuan selimut, tenda, obat-obatan. Bantuan yang kita dapat dari pemerintah berupa beras 1 Kg, mie instan. Ada juga yang dapat selimut, tapi sebagian besar gak dapat," ujarnya.
Â
Dapur Umum Tidak Ada di Desa
Hal senada disampaikan oleh Abdur Rahem, warga Dusun Tanjunganyar, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura. Ia menyatakan tak ada dapur umum di desanya.
Ia berharap pemerintah mendirikan dapur umum, guna membantu masyarakat. Apalagi saat ini bulan puasa.
"Nggak ada dapur umum di desa kami. Saya baca berita katanya ada pendirian dapur umum, tapi di sini belum ada. Kesannya lambat sekali penanganan pengungsi ini," ujarnya.
Sementara itu, Abrari, warga Dusun Paginda, Desa Sokaoneng, Kecamatan Tambak, juga membenarkan di desanya tak ada dapur umum. Ia juga berharap ada tim trauma healing diterjunkan ke masyarakat. Karena banyak masyarakat mengalami trauma, seiring seringnya terjadi gempa susulan.
"Belum ada dapur umum disini. Padahal masyarakat sangat membutuhkan bantuan," katanya.
Kemudian soal pendataan rumah rusak juga diharapkan merata. Sejauh ini, kata dia, pendataan belum merata. "Ada rumah yang kemarin tidak rusak, menjadi rusak ketika ada gempa susulan. Ada rumah rusak ringan menjadi rusak berat karena gempa susulan. Kasihan kalau mereka tak terdata," ujarnya.
Â
Advertisement
Usulkan Dapur Umum di Setiap Desa
Terpisah, Reza Fahlevi, salah satu aparat Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, mengaku telah mengusulkan agar dapur umum didirikan di setiap desa. Karena baginya sangat dibutuhkan untuk membantu masyarakat dalam berbuka dan sahur puasa.
"Kita sudah usulkan untuk pendirian dapur umum di setiap desa. Sebab, saat ini itu yang dibutuhkan masyarakat disini," tegasnya.
Ia menyebut, jika dapur umum hanya terpusat di kecamatan, dirinya khawatir akan akan terkendala saat melakukan pendistribusian. Sebab, selain butuh kecepatan juga dikhawatirkan pendistribusian tidak bisa merata.
"Sejauh ini tidak ada instruksi untuk mendirikan dapur umum di setiap desa, kalaupun ada desa setempat mendirikan sendiri. Jadi, saat ini dapur umum adanya hanya di kecamatan, dan nanti rencananya pihak kecamatan yang akan mengirim makan untuk buka dan sahur ke setiap desa," pungkasnya.