Sejarah 17 Agustus 1945
Jepang menyerah pada Sekutu, Selasa 14 Agustus 1945. Sebelumnya, Hiroshima dan Nagasaki dihajar bom atom. Puluhan ribu orang meregang nyawa. Tak ada pilihan lain.
Sehari berselang, Rabu malam, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, kediaman Sukarno, berlangsung perdebatan keras antara sekelompok pemuda dengan tuan rumah mengenai kapan saat tepat menyatakan kemerdekaan setelah Jepang takluk.
Para pemuda mendesak agar sesegera mungkin. Bung Karno terlihat hati-hati. Suasana tegang. Banyak pemuda yang membawa senjata: pisau, golok, bahkan senapan.
Salah seorang pemuda, entah siapa, mengejek Bung Karno,"Barangkali Bung Besar kita takut. Barangkali dia melihat hantu dalam gelap. Barangkali juga dia menunggu-nunggu perintah dari Tenno Heika."
Seorang pemimpin pemuda, Wikana, mendekat. "Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami memerintah Bung. Kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu..." kata Wikana sebagaimana diceritakan dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
"Lalu apa?" kata Sukarno dengan suara keras. Ia bangkit dari kursi, amarahnya naik ke kepala. Ia melanjutkan, "Jangan aku diancam. Jangan aku diperintah. Engkau harus mengerjakan apa yang kuingini. Pantanganku untuk dipaksa menurut kemauanmu."
"Ini kudukku. Boleh potong...ayo! Boleh penggal kepalaku...tapi jangan kira aku bisa dipaksa untuk mengadakan pertumpahan darah yang sia-sia, hanya karena hendak menjalankan sesuatu menurut kemauanmu," teriak Bung Karno seperti dikisahkan kembali dalam otobiografi yang disusunnya bersama penulis AS, Cindy Adams, itu.
Suasana sontak senyap. Para pemuda dirundung perasaan campur-aduk: takut, marah, kaget, juga bingung. Tak ada yang buka suara.
Bung Karno kembali bicara. Kali ini, dengan tenang. "Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaaan ini untuk dijalankan tanggal 17."
"Mengapa justru diambil tanggal 17? Mengapa tidak sekarang saja atau tanggal 16?" tanya Sukarni, salah seorang tokoh pemuda yang lain.
"Saya seorang yang percaya pada mistik....Angka 17 adalah angka keramat, 17 adalah angka suci....Al Quran diturunkan tanggal 17. Orang Islam sembahyang 17 rakaat dalam sehari. Mengapa Nabi memerintahkan 17 rakaat, mengapa tidak 10 atau 20 saja? Oleh karena kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," ujar Bung Karno.
Ia melanjutkan, "Pada waktu saya mendengar berita penyerahan Jepang, saya berpikir bahwa kita harus segera memproklamirkan kemerdekaan. Kemudian saya menyadari, adalah Kemauan Tuhan bahwa peristiwa ini akan jatuh di hari-Nya yang keramat. Proklamasi akan diumumkan tanggal 17. Revolusi menyusul setelah itu."
Pertemuan selesai. Para pemuda meninggalkan rumah tersebut. Pada Kamis 16 Agustus dinihari, mereka kembali datang. Terjadilah "Peristiwa Rengasdengklok" yang masyhur itu.
Kegiatan 3 Menit dan Berdiri Tegak pada 17 Agustus Pukul 10.17 WIB
Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengajak masyarakat untuk menghentikan semua kegiatan sejenak dan mengambil sikap sempurna saat Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2021 pukul 10.17 WIB. Hal ini untuk menjaga kekhidmatan dan menghormati Peringatan Detik-Detik Proklamasi.
"Hentikan semua kegiatan dan aktivitas Saudara selama tiga menit saja pada tanggal 17 Agustus (2021) pukul 10 lewat 17 menit Waktu Indonesia Bagian Barat," ujar Pratikno dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Minggu (15/8/2021).
"Ambil sikap sempurna, berdiri tegak, untuk menghormati Peringatan Detik-Detik Proklamasi," sambungnya.
Para atlet Indonesia yang meraih medali pada Olimpiade Tokyo 2020 juga turut mengajak masyarakat untuk melakukan hal tersebut. Ajakan dilontarkan pasangan ganda putri bulu tangkis peraih medali emas Olimpiade Tokyo, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu.
Kemudian, peraih medali perak Eko Yuli Irawan (angkat besi kelas 61 kilogram putra). Tidak ketinggalan tiga atlet peraih medali perunggu masing-masing Windy Cantika Aisah (angkat besi 49 kilogram putri), Rahmat Erwin Abdullah (angkat besi 73 kilogram putra), serta Anthony Sinisuka Ginting (bulu tangkis tunggal putra).
"Ayo ambil sikap sempurna, berdiri tegak pada Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Hari Ulang Tahun ke-76 Republik Indonesia, saat lagu Indonesia Raya berkumandang. Indonesia tangguh, Indonesia tumbuh," seru para atlet dalam sebuah tayangan video.
Undangan Terbatas di Upacara Peringatan HUT ke-76 RI
Sama seperti tahun 2020, Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun ini pun hanya akan dihadiri oleh undangan terbatas yang terlibat dalam rangkaian upacara peringatan.
Hal tersebut dilakukan untuk lebih mengutamakan kesehatan dan keselamatan masyarakat karena pandemi Covid-19 yang masih melanda.
Berita Terbaru
Apa Bedanya Hari Ayah Indonesia dan Sedunia? Berikut Penjelasannya
Cara Menyembuhkan Sinusitis: Panduan Lengkap Mengatasi Peradangan Sinus
Turunkan Tarif Penerbangan Domestik, Menko Airlangga Panggil Menhub dan Pertamina
Bacaan Doa Penghapus Dosa Zina, Simak Amalan dan Cara Bertaubat Menurut Ajaran Islam
Cara Menyimpan Daging Kurban di Kulkas agar Tetap Segar dan Tahan Lama
Update Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki: 2.472 Orang Mengungsi Tersebar di 3 Titik
Prabowo Lantik Wakil Ketua dan 6 Anggota Dewan Ekonomi Nasional
Cara Meratakan Warna Kulit Wajah: Panduan Lengkap untuk Kulit Cerah Merata
Profil Reza Indragiri, Ahli Psikologi Forensik yang Dipercaya Jadi Saksi Ahli Sidang Kasus Guru Supriyani
Dilantik Prabowo, Basuki Hadimuljono Resmi Jabat Kepala Otorita IKN
Cara Maksimalkan Aroma Daun Jeruk agar Masakan Lebih Menggugah Selera
Cara Merawat Kelinci agar Sehat dan Panjang Umur