Pendiri WhatsApp, Meniti Karir Dari Tukang Sapu Hingga Hacker

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Koum harus berjibaku mencari uang tambahan. Ia bekerja sebagai tukang sapu di sebuah toko kelontong.

oleh Iskandar diperbarui 04 Mar 2014, 07:08 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2014, 07:08 WIB
Pendiri WhatsApp, Meniti Karir Dari Tukang Sapu Hingga Hacker
CEO WhatsApp, Jan Koum (thepointsguy.com)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu pendiri WhatsApp, Jan Kaoum hijrah dari kampung halamannya Ukraina ke Mountain View, Amerika Serikat saat berusia 16 tahun. Bersama ibunya, ia bermimpi meraih kehidupan yang jauh lebih layak.

Ayahnya sendiri tidak ikut ke Mountain View dengan Koum, memilih tetap tinggal di Ukraina dan bekerja di sektor kontruksi. Begitu mereka terpisah, Koum mengaku tidak bisa sering-sering menghubungi sang ayah karena biaya telepon yang teramat mahal.

Di Mountain View, ia bersama ibunya tinggal di apartemen kecil dari bantuan pemerintah yang hanya dilengkapi fasilitas dua kamar tidur. Kebutuhan sehari-harinya bergantung pada jaminan sosial sehingga ia harus mengantri kupon makanan.

Bahkan untuk memenuhi kebutuhan di luar makan, mereka berdua harus berjibaku mencari uang tambahan. Koum bekerja sebagai tukang sapu di sebuah toko kelontong. Sementara ibunya menjadi baby sitter. Demikian seperti dikutip dari Forbes.


Prestasi Buruk di Kampus
Saat masih tinggal di Ukraina, hidup mereka justru lebih sulit. Koum dan keluarganya menetap di sebuah desa kecil di luar ibukota Kiev. Yang lebih memprihatinkan, ia menuntut ilmu di sekolah yang tak punya kamar kecil.

"Suhu di luar sangat dingin, minus 20 derajat celsius. Bayangkan, anak-anak harus berlari menyeberangi lapangan untuk menuju kamar kecil. Saya baru memiliiki komputer saat berusia 19 tahun," kenangnya.

Koum kemudian masuk kuliah, mempelajari ilmu komputer dan matematika di San Jose State University. Namun tidak sampai selesai. "Prestasi saya sangat buruk, dan pada dasarnya saya memang tidak suka berkuliah," tukas Koum.

Putus Kuliah dan Jadi Hacker
Maka dari itu ia pun memutuskan untuk putus kuliah, dan bergabung dengan kelompok hacker yang disebut w00w00 di jaringan chatting Efnet hingga akhirnya bisa mengobrol dengan pendiri Napster Sean Fanning. Lalu pada tahun 1997, Koum bertemu dengan Brian Acton dari Yahoo.

Enam bulan kemudian, ia pun mulai bekerja di Yahoo sebagai insinyur infrastruktur. Mereka pun menjalin persahabatan, dimana Acton banyak membantu Koum ketika hidup sebatang kara.

Ibunya meninggal karena penyakit kanker pada tahun 2000, sementara sang ayah meninggal lebih dulu pada tahun 1997. "Acton sering mengajak saya ke rumahnya," ujar Koum.


Dirikan Perusahaan
Menghabiskan sembilan tahun bekerja di Yahoo, termasuk di Yahoo Shopping, Koum merasa tidak nyaman dengan banyaknya iklan yang harus ditangani.

Acton rupanya merasakan hal sama, yang kemudian  mereka memutuskan untuk keluar dari Yahoo berbarengan yaitu pada 31 Oktober 2007. Koum ketika itu berusia 31 tahun dan telah mengumpulkan uang untuk memulai bisnisnya sendiri.

Ia bertekad bahwa bisnisnya ini tak akan dipenuhi oleh banyaknya iklan yang mengganggu. Lalu pada 24 Februari 2009, Koum mendirikan perusahaan WhatsApp Inc di California, Amerika Serikat. Pada September 2009, Acton memutuskan untuk bergabung di WhatsApp.


Bersambung...


Baca juga:
WhatsApp Lahir Dari `Rasa Benci` Terhadap Password
WhatsApp: Pesan Instan Terpopuler Yang Anti-Iklan
WhatsApp Mulanya Cuma Dipakai Untuk Update Status

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya