Nasib Google Glass Makin Tak Jelas

Apakah kacamata pintar Google Glass hanya akan berakhir sebagai proyek yang sia-sia?

oleh Adhi Maulana diperbarui 02 Jan 2015, 17:00 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2015, 17:00 WIB
Diane Von Furstenberg for Google Glass 0614
Foto: becauseiamfabulous.com

Liputan6.com, Jakarta - Entah bagaimana kelanjutan nasib kacamata pintar Google Glass. Hampir dua tahun sudah sejak dirilis pertama kali untuk kalangan terbatas, khususnya pengembang aplikasi, hingga kini produk wearable devices andalan Google itu tak kunjung dirilis ke pasaran.

Menurut yang dilaporkan laman CNBC, kemungkinan Google Glass dapat dipasarkan di tahun 2015 juga sangatlah kecil. Mahalnya harga jual dan masih sangat minimnya aplikasi yang mendukung jenis perangkat tersebut diyakini menjadi masalah utama.

Kepada CNBC pihak Google mengklaim sejauh ini sudah ada sekitar 100 aplikasi yang kompatibel dengan Google Glass. Jumlah tersebut tentunya sangat sedikit untuk sebuah perangkat inovatif yang digadang-gadang bakal mampu menggantikan peran smartphone itu. 

Namun apa mau dikata, sudah banyak pengembang aplikasi yang kadung menyerah mengembangkan aplikasi untuk Google Glass. Mayoritas di antara mereka mengaku kesulitan menyesuaikan konsep aplikasi besutannya dengan spesifikasi dan antarmuka Google Glass yang berupa sebuah kacamata.

Reuters melaporkan 9 dari 16 pengembang aplikasi yang berhasil dihubungi mengaku telah mundur dari proyek pengembangan aplikasi untuk Google Glass. Di antara para pengembang yang menyerah tersebut di dalamnya termasuk Twitter.

Mayoritas pengembang juga mengeluhkan buruknya ketahanan baterai Google Glass. Hal ini membatasi mereka untuk berinovasi dan menyesuaikan konsep aplikasi.

Dengan kondisi seperti ini, Google sejauh ini seperti yang diketahui tidak pernah berani menentukan deadline kesiapan Google Glass untuk diproduksi secara massal. Apakah Google Glass hanya akan berakhir sebagai proyek sia-sia? Kita nantikan saja perkembangannya. (dhi/dew)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya