Liputan6.com, Jakarta - Acara tahunan Intel Developer Forum (IDF) dipenuhi banyak inovasi teknologi. Salah satu yang menarik perhatian adalah konsep drone Aero yang siap terbang (ready-to-fly), di salah satu booth di Moscone West Center, tempat berlangsungnya IDF 2016.
Drone ini disebut ready-to-fly karena semua orang bisa merakitnya sendiri. Drone atau tepatnya quadcopter ini pada dasarnya adalah sebuah desain prototipe yang ditujukan untuk para developer yang hobi 'ngoprek' atau mempunyai ide untuk membuat proyek tertentu, misalnya mendeteksi asap dengan drone.
Intel ingin menunjukkan bagaimana developer dapat menggunakan platform Intel Aero untuk membuat drone alias pesawat tanpa awak (unmanned aerial vehicles/UAV) versi mereka sendiri.
Drone Aero dibangun di atas UAV developer kit, di dalamnya sudah termasuk Intel Aero compute board dengan dukungan prosesor Intel Atom quad-core dan sistem operasi Linux, lalu diintegrasikan dengan teknologi Intel RealSense dan software development kit AirMap.
Baca Juga
Pengguna hanya tinggal merakit saja. Cukup sematkan Intel Aero compute board pada sebuah kerangka yang dilengkapi motor, baling-baling dan controller, lalu tambahkan sensor dan kamera Intel RealSense. Semudah itu.
Intel Aero compute board dipasarkan dengan harga US$ 399 melalui situs click.intel.com.
Selain Aero, Intel juga memamerkan drone Yuneec Topan H yang dilengkapi teknologi Intel RealSense. Drone ini tidak hanya memiliki navigasi yang cerdas karena mampu menghindari rintangan, tetapi juga dapat memetakan jalur alternatifnya. Drone ini dipasarkan dengan harga US$ 1.899.
Keseriusan Intel untuk terjun ke pasar drone tampaknya tidak main-main. Intel telah berinvestasi di startup teknologi drone, termasuk Yuneec, Airware, dan Precision Hawk, pembuat sayap drone dan software untuk pertanian dan drone komersial lainnya.
Pada Januari 2016, Intel juga telah mengakuisisi Ascending Technologies, perusahaan teknologi autopilot asal Jerman.
(Dew/Isk)