Liputan6.com, Jakarta - Berawal dari proyek sekolah, Renaldi Gondosubroto dari Gres Studio berhasil mengembangkan inovasi terbaru dengan pemanfaatan teknologi di bidang Internet of Things.
Renaldi berhasil mengembangkan perangkat bernama Gres Envimo yang berfungsi untuk mengukur kondisi lingkungan sekitar, seperti kadar karbon dioksida, karbon oksida, polusi, temperatur, termasuk kelembapan.
"Alat ini dapat membantu orang lebih sadar terhadap lingkungan sekitar dan membantu mengubahnya, apabila ada kondisi yang tak bagus," ujar Renaldi saat ditemui tim Tekno Liputan6.com di acara Tech in Asia Jakarta 2016, hari ini (16/11/2016).
Advertisement
Informasi dari perangkat ini nantinya dapat diakses secara langsung oleh pengguna melalui smartphone. Sebab, Envimo tehubung dengan Thingspeak dan informasi yang dibutuhkan juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
Baca Juga
Uniknya, Renaldi membuka kesempatan Envimo untuk dibuat sesuai dengan keinginan pengguna. Jadi, sensor yang ada di dalamnya termasuk komponen, dapat ditentukan berdasarkan pengguna yang ingin memakainya.
"Pengguna yang ingin mengganti sensor tertentu dengan sensor lain juga dimungkinkan, termasuk apabila ingin menambah lampu indikator," kata siswa kelas 12 SMA ini.
Tak hanya itu, perangkat ini ternyata telah mendapatkan penghargaan di Toronto International Innovation and Advanced Skill 2016. Penghargaan itu diterima Renaldi bulan lalu.
Meskipun terbilang baru, perangkat ini sudah berhasil menarik perhatian publik. Menurut Renaldi, sudah ada 1.000 perangkat Envimo yang dipesan oleh sebuah perusahaan. Banderol harga dari perangkat ini sendiri berada di kisaran US$ 140.
"Kami tengah mencari pendanaan untuk mendukung produksi massal sehingga dapat menekan harga perangkat ini menjadi US$ 90 hingga 100," kata Renaldi melanjutkan.
Perangkat ini sebenarnya dapat digunakan untuk beragam kebutuhan, baik konsumen biasa maupun perusahaan, termasuk di bidang kesehatan.
Disinggung mengenai kemungkinan perangkat ini dapat digunakan untuk mendukung konsep smart city, Renaldi menyebut hal itu sangat mungkin dilakukan. Alasannya, pengguna dapat berbagi informasi kondisi udara di sekitarnya.
"Data yang dikumpulkan dapat dimanfaatkan pemerintah untuk pemetaan ataupun digunakan untuk perusahaan big data," pungkas Renaldi mengakhiri pembicaraan.
(Dam/Why)