Generasi Millenial Paling Rentan dengan Bahaya Hoax

Generasi millenial dinilai masih acuh memilah mana informasi yang akurat, dan mana informasi yang bersifat hoax.

oleh Jeko I. R. diperbarui 08 Jan 2017, 16:44 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2017, 16:44 WIB
20170108-Anti-Hoax-Semarang-GH1
Sejumlah warga berselfie dengan papan anti hoax Deklarasi Masyarakat Anti Hoax di Area CFD Jalan Pahlawan, Semarang (8/1). Acara ini akan digelar serentak di Semarang, Jakarta, Surabaya, Bandung, Wonosobo, Solo dan Yogyakarta. (Liputan6.com/Gholib)

Liputan6.com, Jakarta - Generasi millenial—generasi yang lahir pada era tahun 1980-an hingga 2000-an—merupakan generasi yang dinilai paling rentan ‘tertelan’ oleh berita bohong atau hoax.

Pernyataan tersebut terlontar oleh Septiaji Eko Nugroho, Ketua Masyarakat Indonesia Anti-Hoax dalam deklarasi Gerakan Bersama Anti Hoax yang diadakan di Jakarta, Minggu (8/1/2016).

“Generasi millenial adalah yang paling rentan terhadap bahaya hoax. Sangat disayangkan jika Indonesia yang harusnya bisa menikmati ‘bonus’ demografi di 2030 nanti, malah diisi oleh orang-orang yang tidak cerdas dalam bermedia sosial,” kata Septiaji dalam keterangan tertulis yang dimuat di laman Kementerian Komunikasi Infortmatika (Kemkominfo).

Oleh karena itu, Septiaji mengatakan bahwa mau tak mau generasi millenial harus diberikan sosialisasi akan bahaya dari penyebaran berita hoax itu sendiri. Salah satunya adalah dengan mengikuti gerakan Masyarakat Indonesia Anti Hoax.

Septiaji mengungkapkan, pihaknya juga telah merangkul kalangan dari generasi millenial untuk mengikuti edukasi mendalam terkait fenomena penyebaran berita hoax.

“Kami menyiapkan Code of Conduct, semacam aturan berkomunikasi dengan cerdas di media sosial, selain itu ada pula gerakan literasi media ke masyarakat, roadshow ke institusi pendidikan, seperti kampus, sekolah pesantren, ormas, ulama dan pemuka agama, budayawan dan banyak lagi,” tandasnya.

Seperti diwartakan sebelumnya, Masyarakat Indonesia Anti-Hoax adalah gerakan yang mengajak seluruh masyarakat agar peduli memerangi penyebaran informasi hoax di media sosial.

Gerakan Masyarakat Indonesia Anti-Hoax ini juga telah dibentuk di kota-kota lain. Cara kerjanya akan disesuaikan dengan kebutuhan daerah tersebut.

Contohnya, untuk di Yogyakarta pendekatannya lebih ke arah budaya. Surabaya lebih ke akademis. Semuanya nanti akan bekerja secara independen, sementara Masyarakat Indonesia Anti-Hoax inti hanya akan berperan sebagai kordinator.

(Jek/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya