Smartphone Premium Butuh Inovasi Baru, Mana yang Paling Tepat?

Xiaomi dianggap tak berhasil dengan model bisnisnya, lantas model bisnis mana yang paling tepat untuk sebuah perusahaan pembesut smartphone?

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 24 Jan 2017, 14:20 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2017, 14:20 WIB
Moto Z
Moto Z. Liputan6.com/Agustin Setyo Wardani

Liputan6.com, Jakarta - Mundurnya Vice President of International Xiaomi Global Hugo Barra mengejutkan banyak pihak, termasuk para fans Xiaomi di Indonesia maupun seluruh dunia. Ia tak menampik bahwa Xiaomi merupakan brand pertama yang sukses diperkenalkan olehnya ke seluruh dunia.

Sayangnya, nama Xiaomi yang dikenal oleh banyak orang di seluruh dunia tak berbanding lurus dengan kesuksesan penjualan, bahkan di kampung halamannya sendiri.

Dalam sebuah laporan Business Insider yang diterbitkan Agustus 2016, data IDC menyebut penjualan smartphone Xiaomi di Tiongkok turun hingga 38 persen, yakni dari 17,1 juta unit menjadi 10,5 juta unit.

Perusahaan asal Tiongkok itu bahkan sempat menjadi startup dengan nilai valuasi tertinggi, yakni US$ 46 miliar atau Rp 613,3 triliun. Hal ini lantaran Xiaomi mengusung model bisnis berbeda, yaitu menghadirkan produk-produk dengan harga terjangkau namun spesifikasinya tinggi. Tak hanya itu, Xiaomi juga didukung oleh fans loyal.

Seperti Apple, Xiaomi makin dikenal di negeri asalnya lantaran menghadirkan CEO karismatis sebagai pembicara utama di tiap acara peluncuran smartphone. Saking percaya diri, Xiaomi juga menentukan target cukup tinggi pada 2015, yakni menjual 100 juta smartphone. Sayangnya, perusahaan hanya berhasil menjual 70 juta unit.

Hasil riset IDC juga membuktikan bahwa Xiaomi tak bertahan, melainkan terjun bebas. Model bisnis menjual ponsel murah berspesifikasi tinggi tak berhasil menyelamatkan penjualan.

Selain itu, Xiaomi yang punya banyak produk teknologi mulai dari rice cooker, penjernih udara dan air, televisi dan lain-lain tampaknya tidak mampu mengandalkan produk tersebut untuk bertahan. Sebab, smartphone masih jadi punggawa bagi Xiaomi.

Xiaomi yang mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut dan hype produk murah berspesifikasi tinggi untuk membantu penjualan produknya rupanya tak berhasil.

Di sisi lain, dua pemain besar di dunia smartphone, Samsung dan Apple sama-sama berlomba menghadirkan produk high-end untuk memenangkan pasar.

Samsung kabarnya akan meluncurkan ponsel flagship terbarunya, Galaxy S8, yang mengusung inovasi-inovasi baru. Serupa, Apple juga sedang mempersiapkan iPhone 8 yang berbeda dari pendahulunya, salah satunya dengan kehadiran teknologi pemindai sidik jari Touch ID yang diperbarui. Belum lagi layar OLED yang selama ini dikabarkan bakal hadir di iPhone 8.

Terlepas dari persaingan keduanya, teknologi smartphone kelas atas saat ini memang dilanda 'kebuntuan' inovasi. Banyak yang menganggap, inovasi yang terjadi di segmen smartphone premium sifatnya 'incremental'.

Dalam hal ini, kebanyakan vendor smartphone hanya menambahkan spesifikasi dan fitur terbaru. Sebut saja menghilangkan tombol Home pada Galaxy S8 atau menghadirkan fitur Touch ID terbaru untuk iPhone 7.

Meski begitu, sangat menarik melihat bahwa banyak orang rela merogok kocek lebih dalam untuk membeli perangkat iPhone atau Samsung Galaxy terbaru. Salah satunya karena adanya anggapan kedua produk tersebut sebagai merek bergengsi dan inovatif.

Inovasi Samsung dan Apple yang hanya bersifat menambahkan fitur, tentu membuka kesempatan bagi pemain baru yang menghadirkan inovasi terbaru di segmen smartphone premium. Salah satunya kehadiran inovasi modular yang diusung oleh Lenovo dengan ponsel 'bongkar-pasang' terbarunya, Moto Z.

Moto Z. Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani

Lewat inovasi bongkar-pasang itu, pengguna bisa menempelkan berbagai kelengkapan sesuai keinginan masing-masing. Kelengkapan tersebut hadir dengan nama Moto Mods yang terdiri dari Hasselblad True Zoom camera, JBL Soundboost speaker, Moto Instashare projector, dan Incipio offGRID Power Pack. 

Misalnya, bagi mereka yang suka menonton film bisa memasang proyektor Moto Instashare di ponselnya. Pengguna yang senang memotret bisa memasang modul kamera berkualitas tinggi, Hasselblad True Zoom.

Sementara, pengguna yang suka mendengarkan musik, bisa menempelkan speaker JBL Soundboost di smartphone bongkar-pasang tersebut.

Bahkan, bagi kamu yang butuh baterai berkapasitas besar bisa memasang baterai tambahan Incipio offGRID Power Pack. Cukup praktis dan tak perlu powerbank.

(Tin/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya