Liputan6.com, Jakarta - Jutaan perangkat yang memiliki koneksi Bluetooth saat ini berpotensi terkena serangan siber berbahaya. Temuan kerentanan bernama BlueBorne ini diketahui pertama kali oleh Armis Labs.
Mungkin saja sebagian pihak menganggap BlueBorne merupakan sebuah "kemunduran" karena serangan berbasis Bluetooth sudah banyak ditemukan dan berhasil diatasi vendor sejak lama. Namun peneliti keamanan siber Pratama Persadha menepis hal itu.
Advertisement
Baca Juga
"Serangan terhadap Bluetooth ini sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai kemunduran, karena justru semakin berkembang dan semakin banyak perangkat yang menggunakan Bluetooth. Memang mungkin ada yang menganggap ini serangan kuno, sebenarnya bukan karena kuno, tetapi lebih karena vulnerabilty dan serangan yang ditemukan di Bluetooth, seperti bluesnarfing, bluejacking, telah lama diamankan oleh vendor, sedangkan (BlueBorne) ini adalah serangan baru," kata Pratama saat Tekno Liputan6.com hubungi, Sabtu (16/9/2017).
Ia melanjutkan, penyerang melakukan discovery terhadap semua perangkat yang mempunyai Bluetooth dalam keadaan aktif di sekitarnya. "Walaupun Bluetooth (di sebuah perangkat) tidak disetel dalam keadaan discoverable, penyerang akan tetap menemukan perangkat yang akan dijadikan target," terang pria asal Cepu, Jawa Tengah, tersebut.
Setelah menemukan target, penyerang akan mencari MAC Address targetnya, menentukan sistem operasi yang digunakan, lalu menyesuaikan exploit yang akan dipakai untuk melancarkan serangan. "Penyerang kemudian mencoba melakukan exploit terhadap target dan jika berhasil, biasanya akan melalukan serangan-serangan post exploitation seperti Man In the Middle Attack," jelas
Lantas, apa saja langkah yang harus ditempuh guna mengantisipasi serangan ini menurut chairman lembaga riset keamanan siber Cissrec itu?
"Lakukan update dan patch device. Selain itu sebaiknya matikan fitur-fitur seperti WiFi, Bluetooth, dan NFC, jika tidak diperlukan," ujar Pratama menegaskan.
(Why/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: