Kisah Uber yang Akhirnya Menyerah di Asia Tenggara

Uber memutuskan untuk menyerahkan pengoperasian layanan di Asia Tenggara pada Grab.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 26 Mar 2018, 12:30 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2018, 12:30 WIB
Dara Khosrowshahi
CEO Expedia Khosrowshahi ditunjuk dan ditawari posisi CEO Uber menggantikan Travis Kalanick (Sumber: Recode)

Liputan6.com, Jakarta - Uber akhirnya mengaku kalah bersaing di pasar ride-sharing Asia Tenggara. Hal ini dipastikan setelah Grab resmi mengakuisisi layanan perusahaan rintisan asal Amerika Serikat tersebut di wilayah Asia Tenggara.

Rencana Uber untuk mengakhiri operasional di wilayah Asia Tenggara ini sebenarnya sudah muncul sejak November 2017. Ketika itu, Uber dikabarkan akan bergabung dalam konsolidasi bisnis ride-sharing milik Softbank di Asia, terutama Asia Tenggara.

Kabar tersebut muncul setelah adanya kesepakatan pendanaan US$ 1,25 miliar dari konsorsium yang dipimpin oleh Softbank dan Dragoneer Investment Group. Setelahnya, Softbank pun disebut berperan aktif agar Uber mau melakukan konsolidasi. 

Akhir 2017, kesepakatan itu akhirnya benar-benar terealisasi. Uber menutup tahun lalu dengan tambahan dana baru sekitar US$ 8 miliar dari konsorsium yang dipimpin oleh Softbank. Sebagai bagian dari kesepakatan, konsorsium juga memiliki 15 persen saham milik Uber.

Dari situ, kabar perusahaan yang akan melepas layanannya di Asia Tenggara pun berembus makin kencang. Terlebih, CEO Uber Dara Khosrowshahi pernah mengungkapkan pasar Asia Tenggara sangat kompetitif.

Bahkan, ia menyebut pasar di wilayah ini sudah mencapai titik over-capitalized. Untuk informasi, over-capitalized merupakan istilah yang merujuk pada kondisi suatu perusahaan yang memiliki lebih banyak utang dan ekuitas ketimbang aset.

"Kami masuk, dan kami mempelajarinya (Asia Tenggara). Namun, saya tak terlalu optimistis pasar ini akan menguntungkan dalam waktu dekat," tuturnya tahun lalu.

Meski demikian, ia selalu menampik kabar yang menyebut Uber akan hengkang dari Asia Tenggara.

Uber Sempat Bantah Hengkang dari Asia Tenggara

Mobil Self Driving Makan Korban, Tabrak Pejalan Kaki Hingga Tewas
Ilustrasi mobil self driving yang dimiliki Uber. Foto diambil pada September 13, 2016, (ANGELO MERENDINO / AFP)

Kendati demikian, saat berkunjung ke India--lawatan pertamanya ke Asia sebagai bos Uber--Khosrowshahi mengatakan bahwa perusahaan berencana untuk terus berinvestasi di Asia Tenggara.

"Kami sudah ekspektasi akan kehilangan uang di Asia Tenggara dan berharap untuk berinvestasi secara agresif dalam hal pemasaran, subsidi, dan lain-lain," kata Khosrowshahi sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin (26/3/2018).

Akan tetapi, rencana tersebut ternyata tak terjadi. Uber pun resmi diakuisisi oleh Grab dengan nilai yang tak diungkap. Kendati demikian, kesepakatan itu disebut menjadi yang terbesar dilakukan oleh perusahaan teknologi di Asia Tenggara.

Ini sebenarnya bukan kali pertama Uber menyerahkan layanannya pada pihak lain. Sepak terjang layanan yang dibangun oleh Travis Kalanick itu memang tak mulus di wilayah Asia, sebab kesulitan mengalahkan para pemain lokal.

Dikutip dari Fortune, Uber sudah menyerah di Tiongkok dengan mengalihkan operasionalnya untuk kepemilikan saham di kompetitor, Didi Chuxing pada 2016.

Di India, layanan taksi Ola malah berhasil mengambil 3 persen pasar Uber pada semester II 2017. Kini, Ola memimpin India dengan lebih dari 15 persen pangsa pasar.

Grab Caplok Uber di Asia Tenggara

UberDelivery
Layanan pengiriman barang milik Uber, UberDelivery mulai beroperasi di Indonesia (Sumber: Uber)

Kepastian akuisisi Uber oleh Grab sendiri diumumkan pada 26 Maret 2018. Lewat akuisisi ini, Grab akan mengintegrasikan layanan pemesanan kendaraan dan pesan antar makanan Uber di kawasan Asia Tenggara ke platform miliknya.

Melalui penggabungan bisnis ini, Grab berambisi menjadi platform mobile online-to-offline (O2O) nomor satu di Asia Tenggara sekaligus menjadi pemain utama dalam bisnis layanan pesan antar makanan.

Grab juga akan mengambil alih operasional dan aset Uber di Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Sebagai bagian dari akuisisi, Uber akan memiliki 27,5 persen saham di Grab dan CEO Uber Dara Khosrowshahi akan bergabung dengan dewan direksi Grab.

Untuk mengurangi disrupsi, Grab dan Uber akan bekerja sama untuk segera melakukan migrasi mitra pengemudi dan penumpang Uber. Hal itu juga berlaku pada rekanan merchant termasuk rekanan pengantaran Uber Eats ke platform Grab.

Aplikasi Uber sendiri akan tetap beroperasi selama dua minggu ke depan untuk memastikan stabilitas mitra Uber. Mereka juga dapat memperoleh informasi lebih lanjut mengenai persyaratan pendaftaran mitra Grab secara online.

Sementara, Uber Eats tetap akan beroperasi hingga akhir Mei. Setelahnya, rekanan pengantaran dan restoran uber akan pindah ke platform GrabFood.

(Dam/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya