Liputan6.com, Jakarta - Masalah privasi di Facebook kembali menjadi perbincangan hangat setelah mencuatnya kasus Cambridge Analytica.
Bila kasus pengumpulan data yang dilakukan Cambridge Analytica menyasar informasi yang ditampilkan secara publik dan jaringan pertemanan pengguna, kali ini seorang pengguna asal Selandia Baru kaget saat menemukan histori panggilan dan SMS miliknya disetor oleh Facebook.
Advertisement
Baca Juga
Dylan McKay, seorang laki-laki asal Wellingon di Selandia Baru tertegun ketika melihat data-data histori panggilan miliknya sejak 2016 di Facebook.
Downloaded my facebook data as a ZIP fileSomehow it has my entire call history with my partner's mum pic.twitter.com/CIRUguf4vD
— Dylan McKay (@dylanmckaynz) March 21, 2018
"Mengunduh data Facebook saya sebagai file ZIP. Entah mengapa terdapat seluruh histori panggilan telepon bersama ibu pasanganku," kicau Dylan.
Facebook langsung merilis klarifikasi perihal dugaan pencurian data panggilan dan SMS pengguna. Perusahaan menyatakan kalau fitur histori adalah fitur pilihan yang tersedia di Messenger atau Facebook Lite di Android.
Pihak Facebook pun mengungkapkan banyak pengguna yang menyetujui fitur ini.
"Orang-orang telah terbuka setuju untuk memakai fitur ini. Bila, pada kapan pun, mereka tidak mau lagi menggunakan fitur ini, mereka dapat mematikannya lewat setting di sini atau untuk pengguna Facebook Lite lewat sini," tulis Facebook dalam keterangan resminya, Selasa, (27/3/2018).
Klarifikasi Facebook
Lebih lanjut, Facebook mengatakan bahwa mengimpor kontak adalah hal yang cukup umum di antara layanan dan aplikasi sosial agar memudahkan pengguna terkoneksi dengan orang lain.
Facebook pun menegaskan mereka tidak mengintip konten SMS atau yang dibicarakan lewat telepon, maupun menjual data-data itu.
"Informasimu disetor dengan aman dan kami tidak menjualnya ke pihak-pihak ketiga. Kamu bisa mengendalikan informasi yang kamu bagikan dengan Facebook," demikian penutup rilis tersebut.
Tidak hanya Dylan, ternyata data-data panggilan milik neneknya pun turut diambil sejak 2015.
Pengguna Facebook lain pun ikut mencari tahu tentang data yang secara tidak sadar mereka "simpan" di Facebook, di antaranya adalah nomor telepon, jenis kelamin, tanggal, dan durasi panggilan.
Kalau kamu ingin melihat data-data panggilan dan SMS kamu di Facebook cek lewat link ini.
Advertisement
Sebelumnya Facebook Minta Maaf di Berbagai Koran
Di sisi lain, Mark Zuckerberg memuat permintaan maaf sebanyak satu halaman penuh di beberapa surat kabar papan atas di Amerika Serikat dan Inggris pada Minggu (25/3/2018).
Facebook meminta maaf secara terbuka tentang skandal Cambridge Analytica dan penyalahgunaan data pribadi yang dilaporkan menimpa sekitar 50 juta orang.
Dilansir CBS News, iklan permintaan maaf yang ditandatangi oleh bos Facebook itu berbunyi: "Anda mungkin pernah mendengar tentang aplikasi kuis yang dibuat oleh peneliti universitas yang membocorkan data Facebook jutaan orang pada tahun 2014."
Kata "peneliti universitas" adalah representasi dari sosok profesor Universitas Aleksandr Kogan, yang menurut Facebook, telah melanggar kebijakan privasinya dengan memberikan data pengguna ke Cambridge Analytica tanpa izin.
Seorang juru bicara Facebook mengatakan kepada CBS News bahwa iklan tersebut muncul pada hari Minggu di Inggris, yakni di surat kabar Sunday Times, Sunday Telegraph, Observer, Mail on Sunday, Sunday Mirror, dan Sunday Express.
Sedangkan di Amerika Serikat, iklan permintaan maaf terbuka itu dimuat di harian The New York Times, Washington Post, dan Wall Street Journal serta secara resmi terbit pada Senin ini.
"Ini adalah pelanggaran kepercayaan dan saya menyesal kami tidak melakukan lebih banyak pada saat itu. Kami sekarang mengambil langkah untuk memastikan ini tidak terjadi lagi," tulis Zuckerberg.
Surat itu diakhiri dengan ucapan terima kasih kepada pengguna atas kepercayaan untuk beraktivitas di komunitas Facebook.
"Saya berjanji untuk melakukan yang lebih baik untuk Anda,” tulis Zuckerberg di akhir iklan.
(Tom/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: