Liputan6.com, Jakarta - Kabar mengejutkan datang dari Julian Assange, sang pendiri situs Wikileaks yang kerap membocorkan informasi pemerintahan.
Lewat akun Twitter-nya, Assange menuding tim kampanye Barack Obama memakai taktik yang mirip dengan Cambridge Analytica untuk kepentingan kampanye politik.
Advertisement
Baca Juga
Assange pun menyindir bagaimana dulu media memuji taktik Obama, tetapi sekarang mengkritik tim Trump yang diduga melakukan hal yang sama bersama Cambridge Analytica.
New York Times 2013: Praising Obama for Facebook data mining.➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖New York Times 2018: Denouncing Trump for Facebook data mining.@nytimes #Agenda pic.twitter.com/3NojwE2G1I
— Julian Assange ⏳ (@JulianAssannge) March 22, 2018
Cuitan Assange ternyata bukanlah omong kosong. Dilansir dari Forbes, Senin (26/3/2018), dulu tim kampanye Obama turut memanen informasi-informasi pengguna Facebook, dan pihak Facebook bahkan memberikan lampu hijau.
Kala itu, tim Obama meminta pendukungnya untuk login ke sebuah laman menggunakan akun Facebook, dan setelahnya maka data-data sang pendukung dapat dipanen oleh tim kampanye Obama, termasuk informasi tentang jaringan pertemanan pengguna.
Hal tersebut persis seperti cara memanen data-data oleh Cambridge Analytica.
"Facebook terkejut karena kami dapat menyedot seluruh grafik sosial, tapi mereka tidak menghentikan kami meski sadar apa yang kami lakukan," ucap Carol Davidsen, mantan anggota analisa media di bawah tim Obama.
Wanita itu menambahkan Facebook memberikan izin karena mereka berpihak ke Obama. Ia juga memberikan justifikasi bahwa mereka sudah bermain sesuai aturan.
Cambridge Analytica mengaku mengumpulkan data untuk alasan akademis, sedangkan tim Obama memang mencari pendukung Barack Obama untuk dikumpulkan informasinya.
Tetapi, Forbes menjelaskan bahwa meski ada perbedaan tipis antara metode tim Barack Obama dan Cambridge Analytica, tapi efeknya tetap serupa, yakni informasi milik teman-teman si pendukung Barack Obama juga akan terserap tanpa disadari.
The Guardian Turut Memuji
Kasus Facebook dan Cambridge Analytica pertama kali dikuak oleh Christoper Wylie pada Minggu (18/3/2018) lewat media The Guardian asal Inggris.
The Guardian menampilkan Wylie sebagai seorang 'pahlawan' whistleblower (pembocor rahasia) Cambridge Analytica yang "mencuri" data pengguna Facebook lewat sebuah aplikasi kuis.
Bila pengguna yang login di kuis tersebut, maka data di Facebook mereka serta jaringan pertemanannya dapat dipanen oleh pihak Cambridge Analytica.
Diduga data-data itu dipakai untuk kepentingan politik, salah satunya dalam kampanye Donald Trump.
Ternyata, pada 2012 The Guardian terkagum-kagum pada tim kampanye Obama yang memanen data dari pengguna Facebook untuk kepentingan politik.
The Guardian menuliskan hal itu pada artikelnya berjudul Obama, Facebook and the power of friendship: the 2012 data election (Obama, Facebook dan kekuatan persahabatan: pemilu data 2012).
Pada saat itu, pendukung aktif Obama diminta untuk login ke sebuah situs dengan akun Facebook mereka, hasilnya akan mirip dengan yang dilakukan Cambridge Analytica.
"Secara sadar atau tidak, individual yang melakukannya akan mengirim semua informasi yang mereka setor secara publik di halaman Facebook mereka: lokasi rumah, tanggal lahir, ketertarikan, dan yang terpenting jaringan pertemanan mereka, langsung ke database pusat Obama," tulis The Guardian.
"Bila kamu login dengan Facebook, sekarang kampanye memiliki koneksi ke semua hubunganmu," ucap salah satu anggota kampanye digital yang bekerja untuk Obama.
Sekarang, The Guardian sudah berbalik menyerang Facebook atas apa yang telah terjadi, dan berharap Partai Demokrat di Amerika Serikat (AS) segera menegakkan hukum agar hal ini tidak kembali terjadi.
Advertisement
Wylie Seorang Pahlawan?
Walau awalnya dianggap sebagai pahlawan karena berani membocorkan aksi Cambridge Analytica, tetapi status kepahlawanan Wylie menjadi diragukan sejak munculnya fakta terbaru dari Aleksandr Kogan.
Kogan adalah dosen dari Universitas Cambridge yang membuat aplikasi kuis untuk mengumpulkan data para pengguna Facebook.
Awalnya, dalam wawancara di The Guardian, Wylie membeberkan peran Kogan dalam pengumpulan data lewat aplikasi kuis. Pria berambut merah jambu itu tidak tahu bahwa yang dilakukan Kogan adalah ilegal.
Namun, pada sebuah wawancara justru Kogan menyebut bahwa Wylie yang pertama kali mengajaknya untuk terlibat Cambridge Analytica untuk proyek pengumpulan data.
Kogan berkata bahwa Wylie telah meyakinkannya bahwa apa yang mereka lakukan sah-sah saja. Sang dosen pun mengaku siap dipanggil Kongres untuk bersaksi.
Sampai saat ini masih belum jelas siapa yang berbohong.
(Tom/Jek)
Saksiksan Video Pilihan Berikut Ini: