Siapkah Mobil Otonomos Masuk ke Indonesia?

Dengan segala kesiapan teknologi yang disokong AWS, apakah bisa mobil otonomos masuk ke Indonesia dalam waktu dekat?

oleh Jeko I. R. diperbarui 05 Apr 2018, 07:30 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2018, 07:30 WIB
Mobil Otonomos
Pria buta bernama Steve Mahan berhasil mengendarai sebuah mobil otonomos tanpa roda kemudi milik Google. (Sumber: The Washington Post)

Liputan6.com, Changi - Salah satu layanan paling gres milik Amazon Web Services (AWS) yang belum lama ini digeber adalah teknologi untuk mengembangkan mobil tanpa sopir alias otonomos.

Ya, AWS diketahui menjadi salah satu 'pemain' besar untuk menginisiasi teknologi tersebut.

Bicara soal eksistensi mobil otonomos, mungkin di Indonesia sendiri belum terlalu familier. Wajar saja, jalan di Indonesia masih semrawut.

Macet di mana-mana, mustahil mobil otonomos bisa mengaspal dengan mulus. Yang ada, mobil semacam ini bisa berpotensi menyebabkan kecelakaan.

Lantas, sebagai peracik ramuan ciamik mobil otonomos, apa yang ingin AWS lakukan untuk membawa teknologi ini ke Tanah Air sehingga bisa diterima masyarakat luas? Apa memang bisa, mobil otonomos masuk ke Indonesia kelak?

Disampaikan Olivier Klein selaku Head of Emerging Technologies APAC AWS, Indonesia perlahan memiliki potensi untuk bisa mengadopsi mobil otonomos beserta teknologinya.

Menurut Olivier, bicara soal kemapanan teknologi otonomos, harus ada campur tangan perusahaan untuk bisa membawa konsep mobil otonomos ke Indonesia, baik itu dalam bagian Machine Learning atau computer division. Dalam hal ini AWS mengambil peran besar.

"Dengan demikian, berbekal dua bagian itu, mobil otonomos tentu akan dilengkapi beberapa fitur seperti deteksi objek, danger detection, mengidentifikasi jalan, kapan harus berbelok, serta banyak lainnya," ujar Olivier kepada Tekno Liputan6.com di ajang AWS Summit 2018 di Capri Hotel by Fraser, Singapura.

"Banyaknya fitur ini juga membuat pengembang harus menyisakan ruang data yang besar mengingat pasti akan banyak data yang disimpan, mulai dari video gambar, informasi jalan, rute, kecepatan normal, dan masih banyak lagi," tambahnya menjelaskan.

Dari situ, pengembang baru bisa menciptakan metode pengujian alias training models. Olivier mengklaim, model ini membutuhkan effort dan biaya karena pengembang harus butuh CPU dan susunan cluster yang besar untuk menyimpan data.

"Dari sini AWS ingin membantu menciptakan cost effective training model, bagaimana kita bisa menciptakan connected vehicle dengan fitur dan teknologi canggih yang bisa mengumpulkan data," paparnya.

"Jadi ambil contoh, BMW menciptakan model mobil teknologi otonomos berbasis cloud computing, AWS di sini bisa menyediakan beberapa solusi dan fitur untuk membuatnya semakin cerdas dan terhubung dengan mudah, salah satunya adalah dengan Amazon SageMaker untuk mematangkan training model yang mapan dan mensimplifikasi komponen," tandas Olivier.

Tantangan di Jalan Ibukota

Amazon
Olivier Klein, Head of Emerging Technologies APAC AWS. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Soal kesiapan, kata Olivier, pengembang harus menguji mobil otonomos mulai dari training model Amazon SageMaker, memantau algoritma, framework, data, mengaktifkan komponen konektivitas Machine Learning, hingga menciptakan training model yang mapan secara cost effective.

Tujuannya supaya mobil otonomos nanti bisa siap menghadapi 'ganas'nya jalan ibu kota.

Kadang selama masa pengujian, mobil otonomos bisa saja berjalan dalam arah yang salah. Namun Olivier menekankan, dari sinilah mobil akan mempelajari validasi baru yang nantinya akan disimpan dalam data baru yang diolah kembali untuk dipelajari.

Jadi intinya, training model terus berjalan hingga si mobil otonomos belajar banyak dan siap mengaspal secara aman.

"Tentu butuh waktu dan progres alami agar akhirnya mobil otonomos bisa diterima, begitu pun dengan teknologinya. Sebetulnya, jika memang regulasi ditetapkan, otomatis perusahaan manufaktur mobil akan terdorong untuk menciptakan mobil otonomos," pungkas Olivier.

Amazon SageMaker

AWS
Suasana ajang AWS re:Invent 2017 di Las Vegas, Amerika Serikat (AS). Liputan6.com/ Andina Librianty

Perlu diketahui, SageMaker adalah salah satu layanan machine learning teranyar AWS yang baru saja diperkenalkan di ajang re:Invent yang dihelat di Las Vegas, Amerika Serikat, pada akhir 2017 lalu.

SageMaker sendiri merupakan layanan yang bisa digunakan oleh ilmuwan data dan pengembang agar bisa lebih cepat membuat, melatih dan mengembangkan model Machine Learning mereka sendiri. Layanan ini memiliki tiga modul, yaitu Build, Train dan Deploy.

Selain itu juga ada sejumlah layanan machine learning baru termasuk Amazon Comprehend, Amazon Rekognition Video, Amazon Translate dan Amazon Transcribe. Semua layanan ini diumumkan dalam AWS re:Invent 2017.

Kendati demikian, layanan-layanan tersebut tidak cukup untuk membantu para pengembang, sehingga AWS merilis sebuah perangkat baru, yaitu kamera video bernama DeepLens.

Ini adalah kamera wireless deep learning yang dilengkapi kit developer kamera HD dengan sejumlah sample project untuk membantu pengembang mempelajari berbagai konsep Machine Learning.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya