Parlemen Inggris Nilai Facebook Tidak Punya Moralitas

Anggota Parlemen Inggris mencecar bos teknologi Facebook saat memberikan keterangan soal skandal penyalahgunaan data pengguna.

oleh Andina Librianty diperbarui 30 Apr 2018, 18:30 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2018, 18:30 WIB
Facebook
Ilustrasi Facebook (AP Photo/Noah Berger, File)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Parlemen Inggris mencecar Chief Technology Officer Facebook, Mike Schroepfer, saat memberikan keterangan soal skandal penyalahgunaan data pengguna.

Ia dicecar dengan berbagai pertanyaan, termasuk memberikan penilaian terhadap Facebook sebagai perusahaan yang tidak punya moralitas.

Anggota parlemen dari Partai Konservatif, Julian Knight, mengatakan kepada Schroepfer bahwa reaksi Facebook terkait skandal Cambrige Analytica, memperlihatkan pola perilaku, termasuk mengintimidasi jurnalis, mengancam institusi akademis dan berpotensi menghambat investigasi oleh otoritas hukum.

Julian juga menilai Facebook berusaha menghindari tanggungjawab atas dampak yang ditimbulkan masalah tersebut terhadap masyarakat.

"Saya menyampaikan kepada Anda hari ini, bahwa Facebook adalah zona tanpa moralitas yang merusak hak dasar privasi. Kalian bukan pihak tidak bersalah, yang disalahkan oleh orang-orang seperti Cambridge Analytica. Kalian adalah masalah. Perusahaan kalian adalah masalahnya," ungkap Julian, seperti dikutip dari The Guardian, Senin (30/4/2018).

Schroepfer dalam tanggapannya, menyatakan tidak setuju dengan penilaian itu. "Anda ingin kami bertanggung jawab, yang telah kami lakukan dalam beberapa kesempatan," tuturnya.

Ia juga menyampaikan permintaan maaf karena mengancam Guardian Media Group dengan tindakan hukum, sebelum artikel tentang penyalahgunaan data Facebook muncul di Observer pada bulan lalu.

Observer dalam laporannya, menuliskan bagaimana Cambridge Analytica membayar seorang peneliti untuk memanen jutaan data para pemilih Amerika Serikat (AS) di Facebook menggunakan aplikasi kuis.

Schroepfer mengatakan kepada anggota parlemen, bahwa Facebook sepenuhnya meyakini jurnalis harus memiliki kebebasan untuk menginvestigasi semua masalah.

Namun, berdasarkan pemahamannya, 'mengirim' ancaman hukum sebelum berita dipublikasikan adalah praktik umum di Inggris untuk memastikan fakta yang disampaikan benar.

"Itu tidak benar. Saya akan mempertanyakan ini lagi, apakah Anda akan meminta maaf atas perilaku intimidasi ini," kata Julian menanggapi pernyataan Schroepfer.

"Saya minta maaf karena para jurnalis merasa kami berusaha mencegah kebenaran disampaikan. Saya minta maaf," ungkap Schroepfer.

 

Facebook Bakal Terus Jalankan Iklan Politik

Mark Zuckerberg Hadapi  Kongres Amerika Serikat
CEO Facebook Mark Zuckerberg memberikan kesaksian di hadapan Kongres dan Senat AS di Capitol Hill, Washington, Senin (10/4). Zuckerberg membuka sesi dengar pendapat di depan sejumlah senator dengan kalimat, "saya minta maaf." (AP Photo/Andrew Harnik)

Eksekutif Facebook itu juga mengatakan, perusahaannya akan terus menjalankan iklan politik. Namun, porsinya relatif kecil dari keseluruhan bisnis perusahaan.

"Politisi yang tidak memiliki nama yang mapan, kemampuan untuk menjangkau orang-orang melalui Page dan iklan adalah alat yang ampuh untuk kebebasan bicara," kata Schroepfer.

Kendati Facebook telah berjanji untuk membuat iklan politik lebih transparan, Schroepfer mengakui pihaknya akan kesulitan memberlakukan peraturan tersebut ketika non-politisi menjalankan iklan politik selama kampanye.

Adapun terkait skandal penyalahgunaan data, kata Schroepfer, Facebook tidak menemukan bukti bahwa Cambridge Analytica dan induk usahanya, SCL Group, menjalankan iklan terkait dengan referendum Uni Eropa 2016 atau yang dikenal dengan nama Brexit.

Facebook saat ini tengah menjadi sorotan setelah skandal penyalahgunaan data puluhan juta pengguna beredar di media. Sebelumnya, CEO Facebook, Mark Zuckerberg, telah memberikan keterangan kepada Kongres AS.

Anggota Parlemen Inggris di komite digital, budaya, media dan olahraga, telah berulang kali meminta Zuckerberg untuk memberikan pernyataan, yang juga termasuk bagian dari penyelidikan berita palsu.

Sebaliknya, perusahaan media sosial terbesar di dunia itu, justru mengirim Schroepfer untuk menjawab pertanyaan Parlemen Inggris di London.

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya