Microsoft Jelaskan Penyebab Kalah Saing di Bisnis Mobile dan Pencarian

Microsoft tidak berhasil menguasai pasar perangkat mobile dan layanna pencarian.

oleh Andina Librianty diperbarui 31 Mei 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2018, 18:00 WIB
Bill Gates
Pendiri perusahaan raksasa Microsoft, Bill Gates (AFP PHOTO/JOEL SAGET)

Liputan6.com, Jakarta - Microsoft boleh jadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, tapi nyatanya masih ada beberapa sektor bisnis yang tidak sukses. Perusahaan tidak berhasil meraup sukses besar di bisnis perangkat mobile dan pencarian.

Dilansir Softpedia, Kamis (31/5/2018), Presiden dan Chief Legal Officer Microsoft, Brad Smith, menjelaskan penyebab Microsoft gagal memenangkan pertempuran layanan pencarian dan mobile.

Berbagai kasus antitrust (antipakat, kartel) yang melibatkan Microsoft mengganggu perusahaan agar tetap fokus pada produk-produk kunci.

Menurut Smith, masalah tersebut membuat bisnis layanan pencarian sebagai salah satu area yang tidak bisa sukses besar. Masalah tersebut membuat perusahaan harus membayar mahal karena kalah saing dengan produk kompetitor.

"Bill Gates, Steve Ballmer dan para pemimpin engineering di perusahaan kami menghabiskan banyak waktu untuk menyiapkan berbagai hal, bagaimana membela diri mereka, bagaimana mengimplementasikan hal ini, itu, atau lainnya," jelas Smith kepada Kara Swisher dari Recode, seperti dikutip dari Softpedia, Kamis (31/5/2018).

"Namun pada awal 2000-an, kami melewatkan pencarian. Ini bukan satu-satunya yang kami lewatkan."

Swisher juga menyinggung soal mobile sebagai industri lain, yang juga tidak bisa mencapai keberhasilan besar. Microsoft telah menyerah melawan ponsel Android dan iOS, dengan mengalihkan fokusnya pada produk-produk seperti cloud dan layanan lainnya.

Smith kemudian menjelaskan, tidak ada perusahaan yang bisa sukses di semua area pasar. Ia pun menekankan jika Microsof tidak terlibat dalam pertempuran antitrust, perusahaan kemungkinan bisa menjadi pemain yang lebih penting di berbagai sektor seperti pencarian.

"Saya pikir seseorang harus mengakui tidak ada satupun yang bisa mendapatkan semuanya. Tidak ada perusahaan di sini atau dimanapun juga bisa melihat semua tren yang ada, sebelum berkembang," tuturnya.

Microsoft memang tak lagi punya taring di pasar ponsel, tapi bisnis pencarian perusahaan dinilai mengalami perkembangan yang baik. Berasarkan data terbaru, platform pencarian Bing memiliki lebih dari 20 persen pangsa pasar. Google masih mendominasi bisnis layanan pencarian.

Microsoft Bakal Terapkan Hak Privasi Perlindungan Data Eropa di Dunia

CEO Micr osoft, Satya Nadella
CEO Microsoft, Satya Nadella, saat berkunjung ke SMP Muhammadiyah 9 Jakarta. (Doc: Microsoft Indonesia)

Microsoft seperti sejumlah perusahaan lain telah mempersiapkan serangkaian pembaruan kontrol privasi guna mematuhi regulasi baru Uni Eropa, General Data Protection Regulation (GDPR), yang mulai berlaku pada Jumat (25/5/2018).

Namun, pembaruan privasi tersebut tidak hanya berlaku untuk konsumennya di Eropa, tetapi juga seluruh dunia.

Microsoft menegaskan pihaknya memiliki komitmen kuat mematuhi regulasi GDPR, yang bertujuan untuk memastikan tidak ada pelanggaran hak-hak privasi.

Perusahaan yang didirikan Bill Gates itu mengaku memiliki lebih dari 1.600 engineer untuk mengerjakan berbagai proyek terkait GDPR.

Microsoft yakin semua konsumen memiliki hak perlindungan privasi yang sama, sehingga perusahaan akan mengaplikasikan segala pembaruan terkait hal tersebut untuk seluruh konsumennya di dunia.

"Kami akan memperluas hak-hak yang menjadi inti dari GDPR. Dikenal dengan nama Data Subject Rights, regulasi ini mencakup hak untuk tahu data apa yang kami kumpulkan tentang kalian, untuk memperbaiki data itu, untuk menghapusnya, dan bahkan hal lainnya. Dashboard privasi kami memberikan berbagai tool yang dibutuhkan pengguna untuk mengontrol data mereka," jelas Microsoft di blog perusahaan.

Microsoft telah lama dikenal sebagai perusahaan yang memperjuangkan hak privasi pengguna. Perusahaan asal Negeri Paman Sam ini mengaku menjadi salah satu pendukung GDPR sejak regulasi itu diusulkan pada 2012.

"Kami meyakini privasi adalah hak asasi manusia yang fundamental dan juga pondasi kepercayaan. Kami tahu orang-orang hanya akan menggunakan teknologi yang mereka percayai," tulis Microsoft.

Ini berarti, perusahaan-perusahaan seperti Microsoft memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga privasi data pribadi yang dikumpulkan, dan data yang dikelola untuk konsumen komersial.

(Din/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya