BRTI: Teror Missed Call ke IT KPU Pakai Modus Penyamaran Identitas

Menurut Komisioner BRTI I Ketut Prihadi, dalam kasus ini ada kemungkinan modus yang digunakan bukan masking, melainkan upaya penyamaran identitas.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 30 Jun 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2018, 10:00 WIB
Ilustrasi panggilan telepon
Ilustrasi panggilan telepon tak dikenal. (Foto: Google Play)

Liputan6.com, Jakarta - Konsultan sistem IT Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 Herry Sufehmi mengaku mendapat ratusan missed call dari nomor tidak dikenal. Kejadian ini terjadi usai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 yang dilakukan secara serentak pada 27 Juni 2018.

Terkait peristiwa tersebut Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) menuturkan perlu diketahui lebih lanjut mengenai asal panggilan.

Menurut Komisioner BRTI I Ketut Prihadi, perlu diketahui terlebih dulu apakah aksi telepon itu menggunakan jasa telepon seluler konvensional atau aplikasi.

Saat dihubungi Tekno Liputan6.com, pada Jumat (29/6/2018), berdasarkan berita saat ini, Ketut memperkirakan panggilan tersebut dilakukan melalui aplikasi.

Karena itu, ia memperkirakan nomor pemanggil sengaja disamarkan sehingga hanya ID caller tertentu yang muncul.

"Jika (benar) memakai aplikasi, ada kemungkinan nomor pemanggil (aplikasi) disamarkan/di-masking sehingga yang terkirim hanya ID caller tertentu +100. Sementara kode panggilan negara tidak ada yang +100," tuturnya menjelaskan.

Lebih lanjut ia menuturkan, masking biasanya digunakan untuk panggilan suara atau SMS dengan memakai alpha sender ID.

Maksudnya, identitas pengirim pada layar perangkat penerima berubah menjadi nama perusahaan, instansi, produsen, atau jasa lain.

Namun, dalam kasus ini ada kemungkinan modus yang digunakan bukan masking, melainkan upaya penyamaran identitas. Alasannya, angka yang ditampilkan diubah menjadi angka lain. 

"Jadi, masking biasa mengubah angka menjadi huruf. Akan tetapi, untuk kasus ini, angka diubah menjadi angka lain, sehingga bukan masking, tapi lebih ke penyamaran identitas asli," tuturnya.

Sementara untuk melakukan pelacakan ke asal panggilan, Ketut menuturkan perlu dipastikan dulu telepon itu ditujukan ke mana.

"Harus ditanya dulu, panggilan yang diterima itu ditujukan ke nomor seluler langsung (clear channel) atau melalui aplikasi," ujarnya.

Menkominfo: Teror Missed Call Tim IT KPU Perlu Proses Forensik

Rudiantara
Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Rudiantara di Palangka Raya, Sabtu (12/5). (Liputan6.com/Loop/Kevin S Putera)

Menanggapi kasus ini, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, menyatakan pihaknya akan bekerja sama untuk membantu tim IT KPU.

Menurutnya, pangkal permasalahan dari kejadian tersebut masih belum jelas. Ia masih belum bisa memutuskan apakah masalah keamanan siber atau sekadar masalah telekomunikasi saja.

"Isunya ini masih belum jelas. Apakah masalah keamanan siber, atau masalah telekomunikasi alias indikasi masking call?" ujar Rudiantara via pesan teks kepada Tekno Liputan6.com, Jumat (29/6/2018).

Rudiantara juga berupaya untuk meminta Dirjen Aplikasi Informatika (Aptika) dan Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI) untuk segera membantu pihak KPU. Ia menegaskan, hal semacam ini tentu diperlukan proses forensik.

"Saya sudah minta Dirjen Aptika dan PPI untuk bantu teman-teman KPU, mungkin perlu proses forensik atas kejadian tersebut," ujarnya.

Ratusan Missed Call Misterius

Tim IT KPU Dibobol
Pasca Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 serentak di seluruh daerah di Indonesia, seorang konsultan sistem IT Pilpres 2019 Harry Sufehmi dibombardir panggilan misterius dari nomor luar negeri. (Foto: Facebook/ Harry Sufehmi)

Dalam akun Facebook-nya, Harry Sufehmi mengumumkan dirinya akan sulit dikontak karena mendapatkan ratusan missed call per jam dari nomor-nomor luar negeri.

"Selain itu juga ada hacker yang berusaha menjebol akun Telegram saya via SMS hack. Yup, SMS kita bisa diakses orang lain," kata Harry dalam akun Facebook-nya sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com.

Parahnya lagi, menurut Harry, modus SMS hack ini bisa digunakan untuk menjebol Facebook, WhatsApp, Telegram, hingga mobile banking.

Kendati begitu, Harry mengaku bisa mengatasi serangan bombardir ratusan missed call itu menggunakan sebuah aplikasi, yakni Truecaller.

Nomor-nomor Amerika Serikat yang membombardir nomor telepon Harry Sufehmi pun bisa diblokir menggunakan aplikasi Truecaller. Meski begitu, karena banyaknya missed call yang masuk, baterai smartphone-nya jadi cepat habis.

"Alhasil kadang terpaksa saya disable SIM card dan koneksi internet via WiFi saja," tulisnya diikuti sejumlah tangkapan layar berisi berbagai nomor yang mencoba menghubunginya.

Selain mendapat ratusan panggilan dari nomor telepon dengan awalan +001 yang berasal dari Amerika Serikat, Harry juga mengaku ada pihak tertentu yang menggunakan nomor teleponnya untuk login masuk ke aplikasi pesan WhatsApp. 

Upaya ini dibuktikan oleh Harry melalui tangkapan layar (screenshot) SMS dari pihak WhatsApp berisi kode One Time Password (OTP) untuk masuk ke layanan pesan milik Facebook tersebut. 

(Dam/Jek)

Saksikan Video Pilhan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya