Data Kesehatan Perdana Menteri Singapura Jadi Sasaran Hacker

Data kesehatan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long menjadi target serangan hacker.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 24 Jul 2018, 09:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2018, 09:00 WIB
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong dan Perdana Menteri India, Narendra Modi di Singapura. PM Modi akan menyampaikan pidato utama dalam Dialog Shangri-La Singapura 2018 (sumber: International Institute for Strategic Studies)
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong dan Perdana Menteri India, Narendra Modi di Singapura. PM Modi akan menyampaikan pidato utama dalam Dialog Shangri-La Singapura 2018 (sumber: International Institute for Strategic Studies)

Liputan6.com, Jakarta - Data personal Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong ikut menjadi target hacker. Peretasan itu tergolong dalam serangan siber pada database kesehatan terbesar di negara tersebut.

Sebagaimana dikutip dari Sidney Morning Herald, Selasa (24/7/2018), para penyerang secara spesifik dan berulang kali menarget informasi personal dari PM Lee di database milik SingHealth.

Salah satu informasi yang ingin dibobol oleh hacker antara lain obat-obatan yang dikonsumsi oleh PM Lee. Demikian disebutkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika serta Menteri Kesehatan Singapura dalam sebuah pernyataan.

Kedua menteri menyebut, data sekitar 1,5 juta pasien yang mengunjungi dokter spesialis di SingHealth sejak Mei 2015 hingga 4 Juli 2018 pun diakses secara ilegal dan digandakan.

Sejumlah informasi pribadi yang dibobol antara lain nama, nomor kependudukan, alamat, jenis kelamin, asal dan tanggal lahir. Namun, sampai saat ini belum ada bukti apakah peretasan serupa terjadi di sistem kesehatan swasta.

PM Lee pun memberikan tanggapan tentang hal ini melalui akun Facebook. "Mungkin mereka (hacker) memburu rahasia kelam negara atau setidaknya sesuatu yang bakal memalukan bagi saya," katanya.

PM Lee menambahkan, jika hal yang dipikirkannya benar, para hacker akan kecewa.

"Karena data medis saya bukanlah sesuatu yang biasa saya ceritakan kepada orang-orang dan tidak ada yang mengkhawatirkan di dalamnya," tuturnya.

Lee pun tetap mempertahankan manfaat dari rekam medis digital. Dia juga meminta agar mereka yang berwenang mengkomputerisasi segala informasinya karena data digital akan memudahkan dokter dan membuat layanan lebih cepat.

Database Kesehatan Rentan Diretas?

Hacker
Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Dia juga mengatakan, SingHealth akan melakukan hal terbaik guna melindungi informasi rekam medis semua pasiennya.

"Tentu saya juga mengetahui database bisa diserang dan ada risiko suatu hari upaya perlindungan siber kita bisa dibobol. Sayangnya, itu sudah terjadi," katanya.

Berdasarkan investigasi, kejahatan siber terhadap SingHealth terjadi pada 27 Juni hingga 4 Juli. Serangan ini dideteksi oleh administrator SingHealth karena adanya aktivitas tak biasa. Sampai saat ini kepolisian masih melakukan investigasi.

Lee pun telah memerintahkan badan terkait untuk memperketat pertahanan.

Jejak serangan siber berskala besar di industri kesehatan global kian mengungkap kerentanan sektor ini.

Sebelumnya, pada tahun lalu, ransomware WannaCry pun pernah melumpuhkan National Health Service Inggris selama berhari-hari.

Sementara, dalam peretasan tahun 2015, 79 juta informasi pribadi pelanggan asuransi kesehatan besar di Amerika Serikat, Anthem, dibobol oleh hacker.

Gara-gara rentannya keamanan data pada sektor kesehatan, di Australia, ribuan orang memilih untuk tidak ikut program rekam medis digital terbaru meskipun pemerintah menjamin tingkat keamanan yang tinggi.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya