Liputan6.com, Jakarta - Peneliti keamanan kembali menemukan keberadaan aplikasi bermasalah di Google Play Store. Kali ini, temuan itu dilakukan oleh Trend Micro yang mengetahui adanya lusinan aplikasi yang terindikasi merupakan adware (program iklan).
Dikutip dari Tech Crunch, Kamis (10/1/2019), rata-rata aplikasi tersebut berisi iklan, mulai dari full screen ads, hidden ads, hingga iklan yang berjalan di background. Sesuai namanya, aplikasi ini meraup untung dari pengguna Android.
Berdasarkan temuan Trend Micro, ada 85 aplikasi di Play Store yang ternyata hanya berisi iklan. Firma keamanan itu memperkirakan ada sembilan juta perangkat yang menjadi korban aplikasi tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Dari uji coba yang dilakukan, banyak dari aplikasi itu ternyata berbagi kode yang sama termasuk metode serupa untuk mendapatkan uang. Jadi, aplikasi akan langsung menampilkan iklan begitu pengguna mengklik layar.
Tidak hanya metode yang sama, beberapa aplikasi itu memiliki nama yang mirip. Beberapa nama aplikasi itu adalah Easy Universal TV Remote, Garage Door Remote Control, Prado Parking City 3D Game, dan Police Chase Extreme City 3D Game.
Keberadaan aplikasi dengan adware ini emang tidak terlalu berbahaya seperti aplikasi dengan malware yang tersembunyi. Namun dalam skala besar, iklan tersebut dapat saja menyimpan kode berbahaya yang terhubung pada tautan ke malware tertentu.
Usai temuan ini, Google mengaku pihaknya telah menghapus aplikasi tersebut dari Play Store. Sekadar informasi, Google memang tengah gencar untuk menyingkirkan aplikasi berbahaya di ekosistem Android, terutama dari Play Store.
Tahun lalu, raksasa internet itu menarik lebih dari 700 ribu aplikasi berbahaya di Play Store. Selain itu, Google juga terus berupaya melakukan pencegahan agar aplikasi berbahaya tidak masuk di toko aplikasi Android tersebut.
Peneliti: Ada 3,2 Juta Aplikasi Jahat di Android
Sedikitnya, 3,2 juta aplikasi jahat ditemukan di platform Android hingga akhir kuartal ketiga 2018. Informasi ini didasarkan pada riset yang dipublikasikan oleh tim peneliti G Data.
Menariknya, jumlah aplikasi jahat yang ditemukan meningkat 40 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Kejahatan siber terus meningkat dan kini lebih fokus ke perangkat mobile, terutama yang menggunakan OS Android," demikian analisis G Data sebagaimana dikutip dari Softpedia, Kamis (9/11/2018).
Disebutkan, alasan penjahat siber banyak menyerang perangkat Android karena di dunia ini mayoritas pengguna smartphone memakai OS Android.
G Data juga menyebut, rata-rata, sekitar 11.700 sampel malware Android ditemukan setiap harinya. Hal ini membuat tingkat ancaman untuk platform Android meningkat tajam. Dengan begitu, pengguna pun makin berisiko mendapat serangan di perangkat Android-nya.
Lebih jauh lagi disebutkan, karena 80 persen pengguna smartphone memakai Android, banyak pembesut malware menargetkan perangkat dengan OS besutan Google itu.
Tingkat kerentanan Android juga diperparah dengan software yang tak update.
Advertisement
Google Tindak Tegas Pengembang Nakal di Play Store
Sebelumnya, Google berencana mengambil tindakan tegas terhadap pengembang yang membeli review dan rating palsu untuk aplikasi mereka sendiri.
Rencana ini juga ditujukan bagi aplikasi pesaing dengan tujuan menghancurkan reputasinya.
Raksasa teknologi asal Negeri Paman Sam itu mengatakan, penilaian dan ulasan di Play Store sangat penting dalam rangka membantu pengguna memutuskan aplikasi mana yang akan dipasang.
Sayangnya, ulasan palsu dan menyesatkan dapat merusak kepercayaan pengguna.
"Kepercayaan pengguna adalah prioritas bagi kami di Google Play dan kami terus bekerja untuk memastikan bahwa peringkat dan ulasan yang ditampilkan tidak dimanipulasi," tulis Google dalam blog-nya.
Lebih lanjut, Google meminta pengguna Play Store untuk melaporkan ulasan yang mencurigakan dan diduga melanggar kebijakan.
Google pun mengatakan telah menghapus jutaan ulasan dan penilaian palsu selama seminggu terakhir, serta menghapus ribuan aplikasi yang telah menerima ulasan dan penilaian yang mencurigakan.
Kebijakan ini merupakan langkah yang baik untuk menjaga pengguna dari penipuan.
(Dam/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â