Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi video on demand asal Indonesia, Vidio, bakal mulai giat menghadirkan original series atau konten eksklusif di platform-nya.
Hal ini sesuai dengan tiga fokus layanan Vidio pada 2019, yakni menghadirkan layanan video on demand, live streaming, dan tayangan berlangganan.
Tiga fokus layanan Vidio hadir sebagai strategi bagi platform over the top (OTT) lokal ini untuk menggaet jumlah pengguna aktif yang lebih tinggi di tahun ini.
Advertisement
Pasalnya, menurut CEO Vidio Sutanto Hartono, pada tahun 2018 jumlah pengguna aktif Vidio telah mencapai angka 20 juta pengguna aktif.
Baca Juga
Bahkan saat momen Asian Games 2018 di mana Indonesia menjadi tuan rumah, jumlah pengguna Vidio mencapai angka 25 juta users. Hal ini karena Vidio secara ekslusif menghadirkan siaran langsung pertandingan-pertandingan olahraga Asian Games.
"Tahun ini kami menargetkan 30 juta pengguna aktif. Kami cukup yakin melihat milestone saat Asian Games. Aplikasi ini naik turun, saat Asian Games penggunanya bisa mencapai 25 juta users," kata Sutanto saat peluncuran Vidio Original Series berjudul Girls in the City di Jakarta, Jumat (22/3/2019).
Sutanto mengatakan, sepanjang 2018, Vidio menjadi platform yang begitu berkembang. Hal ini dibuktikan dengan jumlah play di Vidio, yakni sebanyak 2,1 miliar dan total durasi menonton tayangan video di Vidio selama 12,5 juta menit.
"Sejak dirilis pada 2015, kami ingin menjadi tujuan pertama bagi orang-orang untuk menemukan dan menonton video, karena konten yang kami kurasi memiliki kualitas tinggi," ujarnya menambahkan.
Hadirkan Konten-Konten Eksklusif
Lebih lanjut, Deputi CEO Vidio Hermawan Sutanto mengatakan, untuk mencapai target tersebut pihaknya juga menghadirkan konten-konten yang eksklusif atau Vidio Original Series seperti Girls in the City.
Tidak hanya itu, Vidio juga menghadirkan tayangan live televisi dari 21 saluran TV, hingga video berbayar atau Vidio Premier dengan konten Indonesia, konten olahraga, konten drama Korea, dan mancanegara.
"Kekuatan kami ada di tayangan live TV, kenapa? Karena masih banyak yang menonton tayangan olahraga, atau tayangan sinetron meskipun menggunakan smartphone," tutur Hermawan.
Ia menambahkan, memang saat ini bisnis model platform OTT seperti Vidio relatif memiliki tantangan yang lebih banyak ketimbang televisi. Pasalnya, di televisi iklan lebih terjamin.
"Kalau OTT itu tantangannya kebiasaan masyarakat mengunduh aplikasi dan menjamin mereka untuk terus berlangganan itu belum terbentuk. Misalnya saja Spotify sampai saat ini masih mengedukasi pengguna. OTT memang baru tahap awal membiasakan pengguna berlangganan," kata Hermawan.
Bahkan, dia mencontohkan, di Amerika Serikat pun awalnya demikian sebelum tren video on demand menjamur seperti sekarang. Demikian pula dengan Tiongkok yang dahulu banyak sekali video bajakan.
"Namun kalau disajikan konten yang bagus, orang juga akan nyaman menontonnya. Mereka akan pindah (ke konten berbayar), kami yakin di Indonesia juga begitu," pungkasnya.
(Tin/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Advertisement