Operator Satelit Kecil Bisa Numpang ke Roket SpaceX

Operator satelit kecil bisa menumpang ke roket SpaceX untuk menerbangkan satelit berbobot maksimal 150 kg.

oleh M Hidayat diperbarui 07 Agu 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2019, 12:00 WIB
Roket Falcon 9 milik SpaceX tampak sebelum peluncuran hari Minggu, yang mengangkut 10 satelit lagi milik Iridium Communications, dari Pangkalan AU Vanderberg, California, 25 Juni 2017. (SpaceX/AP)
Roket Falcon 9 milik SpaceX tampak sebelum peluncuran hari Minggu, yang mengangkut 10 satelit lagi milik Iridium Communications, dari Pangkalan AU Vanderberg, California, 25 Juni 2017. (SpaceX/AP)

Liputan6.com, Jakarta - Operator satelit kecil umumnya harus menunggu jadwal penerbangan dari badan antariksa tertentu untuk menerbangkan satelit miliknya. Namun kini, mereka mendapat alternatif lain dari SpaceX.

Perusahaan antariksa milik Elon Musk itu baru saja mengumumkan sebuah program yang memungkinkan satelit kecil untuk menumpang ke roket Falcon 9.

Melalui program bernama SmallSat, sebagaimana dikutip dari situs web resmi perusahaan, operator satelit kecil dapat memiliki jatah tumpangan untuk satelit berbobot maksimal 150 kg.

Satelit tersebut kemudian akan dilepaskan pada orbit yang berjarak 500-600 km dari permukaan bumi. Soal biaya, SpaceX membebankan mulai dari USD 2,25 juta per satu misi penerbangan.

Menurut informasi di halaman SmallSat, peluncuran perdana akan berlangsung antara November 2020 dan Maret 2021. Namun, SpaceX belum memberikan perincian tentang seberapa banyak muatan yang dapat diterbangkan selama peluncuran ini.

NASA Gandeng 13 Perusahaan untuk Misi ke Bulan

Diwartakan sebelumnya, NASA mengumumkan telah menggandeng 13 perusahaan swasta untuk melakukan pengembangan teknologi misi ke luar angkasa. Ketiga belas perusahaan itu akan melakukan peran berbeda untuk membantu NASA mencapai Bulan dan Mars.

Dikutip dari Tech Crunch, Kamis (1/8/2019), beberapa perusahaan swasta yang dimaksud adalah SpaceX, Blue Origin, dan Lockheed Martin.

NASA menuturkan, nantinya setiap perusahaan akan bertanggung jawab pada sejumlah proyek berbeda, seperti pengembangan roket dengan kemampuan pendaratan vertikal atau kendaraan tahan suhu tinggi.

Sebagai contoh, Blue Origin akan bertugas untuk mengembangkan sistem navigasi dalam proses pendaratan ke Bulan.

Sementara itu, SpaceX akan menggarap teknologi yang memungkinkan roket berpindah dari satu kendaraan ke kendaraan lain dalam orbit.

Menurut NASA, kerja sama ini merupakan upaya mempercepat proyek penjelajahan luar angkasa yang dicanangkan pihak Amerika Serikat. Selain itu, kolaborasi ini bisa menekan pengeluaran biaya. 

Sekadar informasi, NASA memang baru saja mengumumkan sebuah proyek bernama Artemis. Proyek ini mengusung misi untuk membawa kru wanita dan pria ke Bulan pada 2024.

(Why/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya