Liputan6.com, Jakarta - Masalah pembatasan perdagangan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Huawei belum juga usai. Jika masalah ini terus berlanjut, Huawei memperkirakan bisa kehilangan pendapatan dari bisnis smartphone sebesar USD 10 miliar atau sekira Rp 142 triliun pada tahun ini.
Bisnis Huawei terpukul sejak pertengahan Mei lalu, setelah AS menempatkan perusahaan dalam daftar hitam perdagangan. Kebijakan ini tidak hanya melarang Huawei menjual produknya di AS, tapi juga tidak boleh bekerja sama dengan semua perusahaan, serta menggunakan komponen dan teknologi asal negara tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Prediksi kerugian Huawei seebsar Rp 142 miliar ini lebih kecil dibandingkan sebelumnya. CEO Huawei, Ren Zhengfei, pada Juni lalu mengatakan, kebijakan soal daftar hitam tersebut akan menekan pendapatan perusahaan sebesar USD 30 miliar atau sekira Rp 427 triliun.
"Sepertinya (tekanan terhadap pendapatan) akan sedikit kurang dari itu. Namun, Anda harus menunggu sampai kami menyampaikan hasilnya pada Maret," ungkap Deputy Chairman Huawei, Eric Xu, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (27/8/2019).
Kelompok bisnis konsumen Huawei termasuk smartphone, sedang menyiapkan berbagai hal untuk menghadapi skenario terburuk dari kebijakan AS tersebut. Hal ini termasuk menyiapkan Harmony sebagai OS cadangan jika tidak lagi diizinkan menggunakan Android.
Kendati demikian, Xu mengatakan bahwa yang terjadi sejauh ini lebih baik daripada yang dikhawatirkan sebelumnya.
"Namun pengurangan (penjualan) lebih dari USD 10 miliar bisa terjadi," tuturnya.
Penangguhan Hukuman
Divisi bisnis konsumen Huawei pada tahun lalu melaporkan pendapatan 349 miliar yuan atau sekira USD 49 miliar. Divisi tersebut membukukan pendapatan 221 miliar yuan pada semester I 2019, atau sekira USD 31 miliar.
Adapun Huawei saat ini sedang mendapatkan perpanjangan waktu terkait pemblokiran perdagangan selama 90 hari dari pemerintah AS. Perpanjangan penangguhan hukuman ini membuat AS bisa kembali berbisnis dengan perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.
Xu mengatakan, penangguhan hukuman itu "tidak berarti" bagi Huawei. Menurutnya, para karyawan perusahaan sepenuhnya siap untuk hidup dan bekerja, walau pemblokiran oleh AS tetap ada.
(Din/Why)
Advertisement