Liputan6.com, Jakarta - Seorang hacker mencuri lebih dari 538 juta data pribadi pengguna platform media sosial terbesar di Tiongkok, Weibo, saat ini dijual secara online di dark web.
Kabar ini diungkap oleh oleh ZDNet saat melihat iklan tersebut online, dan dikonfirmasi oleh sejumlah laporan dari media di Tiongkok.
Berdasarkan iklan yang di-posting di dark web dan situs online lainnya, seorang hacker mengklaim dirinya mampu menembus sistem keamanan Weibo pada pertengahan 2019.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir ZDNet, Selasa (24/3/2020), hacker itu mengakui telah mencuri lebih dari 538 juta database pengguna Weibo.
Adapun database pribadi pengguna yang dicuri, termasuk nama asli pengguna, username di Weibo, jenis kelamin, lokasi, dan 172 juta nomor telepon pengguna.
Karena tidak menyertakan password pengguna, hacker ini hanya menjual sekian banyak database itu seharga USD 250 atau seharga Rp 4,2 juta.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Bagaimana Cara Hacker Curi Database Pengguna?
Hingga kini, masih belum diketahui secara pasti bagaimana cara hacker dengan akun pengguna @weibo itu mencuri database pengguna.
Saat dikonfirmasi oleh sejumlah tim keamanan siber, database yang dicuri ternyata valid dan akurat dengan beberapa akun pengguna Weibo.
Weibo mengatakan, pihaknya sudah memberi tahu pihak berwenang tentang insiden itu dan polisi sedang menyelidiki.
Sebagai informasi, karena kontrol yang ketat terhadap internet d Tiongkok, pihak kepolisan telah dapat melacak sebagian besar peretas lokal dengan mudah.
Pada 2018, peretas lain memasang untuk menjual informasi terinci jutaan tamu data pengguna hotel yang menginap di properti Huazhu Hotels Group.
Polisi Tiongkok menangkap peretas tiga minggu kemudian, meskipun data dijual di dark web.
(Ysl/Isk)
Advertisement