Ini Program Facebook untuk Dorong Koneksi Internet Lebih Cepat di Indonesia

Facebook pun berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemerintah, industri, akademisi, ahli teknologi, dan masyarakat sipil untuk membantu menghubungkan 3,5 orang di dunia, termasuk di Indonesia.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 01 Jul 2020, 12:46 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2020, 12:46 WIB
Kantor Facebook Indonesia
Kantor Facebook Indonesia. (Liputan6.com/Agustin Setyo Wardani)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah pengguna Facebook terbesar dan teraktif di dunia.

Diungkapkan oleh Head of Connectivity and Access Policy Facebook APAC, Tom Harghese, 66 persen rumah tangga di Indonesia merupakan pengguna internet, lebih tinggi dari rata-rata Asia yang hanya 60 persen.

"Sayangnya, kecepatan internet di Indonesia lebih lambat ketimbang kecepatan internet di rata-rata regional," katanya.

Oleh karenanya menurut Tom, untuk memberikan akses internet cepat ke lebih banyak orang Indonesia, diperlukan kolaborasi dari semua pihak.

Apalagi, menyediakan internet dibutuhkan infrastruktur yang masif dan investasinya tidak murah. Facebook pun berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemerintah, industri, akademisi, ahli teknologi, dan masyarakat sipil untuk membantu menghubungkan 3,5 miliar orang di dunia, termasuk di Indonesia.

Untuk Indonesia, Facebook Connectivity telah menggelar empat program yang bertujuan untuk menghadirkan akses internet cepat serta merata ke lebih banyak orang.

Pertama, Facebook bekerja sama dengan Alita membangun kabel fiber sepanjang 3.000km, guna menghubungkan lebih dari 1.000 titik di jaringan Bali, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

"Ini adalah investasi kabel fiber terbesar Facebook di Asia saat ini. Ketika proyek ini selesai, kabel fiber akan menyediakan akses internet cepat ke lebih dari 10 juta pengguna," kata Tom.

Ia menambahnya, kabel fiber ini merupakan akses terbuka untuk semua penyedia layanan. Saat ini, Alita dan Facebook telah melaksanakan pembangunan sepanjang 1.100km kabel fiber di Bali, Pasuruan, Manado, dan Solo.

Express WiFi dan Terragraph

Ilustrasi jaringan internet
Ilustrasi jaringan internet. Kredit: Pete Linforth via Pixabay

Proyek selanjutnya adalah Express WiFi, yang merupakan platform software Facebook untuk membantu penyedia layanan dan operator seluler untuk membangun, mengoperasikan, menumbuhkan, dan monetisasi bisnis WiFi.

Kemitraan di Indonesia telah dilakukan dengan dua mitra, pertama adalah BaliTower (Januari 2020) dalam hal menyediakan layanan wifi cepat, terjangkau, dan andal bagi para pengguna.

WiFi Express mendukung hotspot WiFi yang tersedia di lebih dari 100 bangunan komersial dan 3.000 kutub mikro sel di Jabodetabek dan Bali.

Mitra lainnya adalah D-Net (sejak 2016), dengan WiFi Express, D-Net mengerahkan sekitar 170 titik akses WiFi cepat dan terjangkau di sekitar Gunung Bromo di Jatim.

Program ketiga adalah Terragraph yang dalam pelaksanaannya, Facebook bermitra dengan operator seluler XL menyediakan koneksi cepat via WiFi di Kota Tua, Jakarta, 2018 lalu.

Terragraph menggunakan pita frekuensi 60Ghz yang tidak berlisensi di sejumlah negara. Terragraph sendiri merupakan teknologi yang dikembangkan Facebook, di mana perusahaan berupaya membangun ekosistem vendor chipset, produsen, dan penyedia layanan untuk saling berkolaborasi.

Internet 101

Internet
Ilustrasi internet. (Doc: CNET)

Terakhir adalah Internet 101 yang bekerja sama dengan Indosat Ooredoo pada Oktober 2019. Tujuan Internet 101 adalah meningkatkan adopsi internet seluler di Indonesia dan membantu pengguna internet yang pertama kali terhubung, mendapatkan hasil maksimal dari pengalaman online mereka.

Tom mengatakan, internet cepat sangatlah diperlukan, termasuk untuk mendukung kegiatan ekonomi digital. Mengutip hasis survei Analysis Mason, Tom menyebut, ketersediaan dan kecepatan internet akan berdampak pada peningkatan pendapatan per kapita.

Bahkan, menurut survei yang sama, dalam empat tahun ke depan (2020-2024), jaringan internet yang cepat bisa meningkatkan pendapatan per kapita negara-negara Asean menjadi USD 69,9 miliar.

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya