Deretan Merek Ternama yang Ikut Setop Beriklan di Facebook

Beberapa merek ternama telah bergabung untuk menyatakan diri berhenti beriklan di Facebook.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 27 Jun 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2020, 13:00 WIB
Direktur Utama Lama Pensiun, Ini Pimpinan Baru Unilever Indonesia
PT Unilever Indonesia Tbk akan dipimpin oleh Hemant Bakshi, warga negara India yang mengawali karier bersama Unilever di India sejak 1989.

Liputan6.com, Jakarta - Gelombang mundurnya sejumlah merek ternama yang berhenti beriklan di Facebook ternyata kian besar. Terbaru, ada Unilever yang menyatakan berhenti beriklan di platform media sosial terbesar itu.

"Kami memutuskan mulai sekarang hingga setidaknya akhir tahun ini, tidak akan memasang iklan di newsfeed Facebook, Instagram, dan Twitter untuk pasar Amerika Serikat," tutur Unilever seperti dikutip dari Livemint, Sabtu (27/6/2020).

Keputusan Unilever ini tidak lepas dari kekhawatiran Facebook tidak serius mengatasi ujaran kebencian dan misinformasi di platform-nya.

Keputusan Unilever ini juga disebut cukup berdampak pada Facebook sebagai perusahaan. Alasannya, Unilever masuk dalam daftar 30 perusahaan dengan jumlah iklan terbesar di platform tersebut.

Oleh sebab itu, pada Jumat 26 Juni 2020 waktu setempat, saham Facebook dan Twitter langsung turun lebih dari 7 persen. Facebook sendiri belum memberikan komentar mengenai kondisi ini.

Sebagai informasi, Unilever menambah daftar perusahaan yang bergabung dalam kampanya boikot beriklan di Facebook. Selain Unilever, ada pula North Face, REI, Patagonia, Dashlane, dan Upwork.

Lalu beberapa hari lalu, Rakuten pemilik aplikasi chatting Viber juga ikut menyatakan hal serupa. Bahkan, Viber juga menghentikan dukungan GIPHY yang baru saja dibeli Facebook.

Kendati ikut bergabung, beberapa perusahaan itu tidak langsung menyetop iklan dalam jangka panjang. Beberapa di antaranya hanya menghentikan iklan hingga Juli 2020. 

Keputusan Rakuten Setop Beriklan di Facebook

Viber
Viber (android-app.us)

"Facebook terus saja memperlihatkan pemahamanan yang buruk mengenai peran mereka di dunia saat ini. Mulai dari kesalahan penanganan data dan kurangnya privasi dalam aplikasi mereka," tutur CEO Viber, Djamel Agaoua.

Dengan keputusan untuk menyingkirkan layanan Facebook, Rakuten juga menyadari dapat membuat pengguna kurang nyaman dan merusk strategi pemasaran. Namun, perusahaan masih yakin itu bukan akhir dari aplikasi Viber, meski mengakui keputusan ini sulit.

Selain sejumlah brand, agensi periklanan terkemuka 360i juga mendorong kliennya untuk bergabung dengan gerakan untuk memboikot Facebook Ad. 

Awal Mula Gerakan Ini Muncul

Ilustrasi Facebook
Ilustrasi Facebook (iStockPhoto)

Praktik moderasi konten di platform Facebook disebut menjadi salah satu pemicu awal gerakan ini. Termasuk ke dalam gerakan ini adalah National Association for the Advancement of Colored People (NAACP), Color of Change, dan Anti-Defamation League.

Mereka mengatakan tidak akan mendukung perusahaan yang lebih mengutamakan keuntungan.

"Facebook tetap tidak mau mengambil langkah signifikan untuk menghapus propaganda politik dari platformnya," kata Presiden dan CEO di NAACP Derrick Johnson dikutip dari Forbes.

Dia menilai Zuckerberg dan perusahaannya tidak hanya sekadar lalai, tetapi juga berpuas diri dalam penyebaran misinformasi di platformnya.

"Tindakan semacam ini akan menjungkirbalikkan integritas Pemilihan Umum mendatang. Kami tidak akan mendukung hal ini," ujar Derrick. 

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya