Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung selama berbulan-bulan membuat berbagai bisnis berubah.
Usaha-usaha yang mulanya dijalankan offline kini mau tak mau harus merambah ke digital agar terus bertahan dan berkembang.
Tak hanya bertransformasi, perusahaan konvensional dinilai perlu untuk berkolaborasi dan bersinergi dengan startup digital.
Advertisement
Baca Juga
President Director Binar Academy Alamanda Shantika Santoso menyebut kolaborasi, sinergi, dan transformasi antara perusahaan konvensional dan digital merupakan suatu keniscayaan.
Menurut mantan orang penting Gojek ini, perusahaan yang semula enggan membuat aplikasi untuk mendukung lini bisnis utama, kini justru mulai mengembangkan platform digital.
"Saat ini perusahaan konvensional tengah melakukan transformasi besar-besaran menuju digital. Misalnya rumah sakit dan groceries yang tengah mengembangkan platform digital," tutur Alamanda.
Ia menyebut, perusahaan konvensional dan startup kini memang tengah mulai melakukan kolaborasi dan sinergi.
"Bahkan, banyak perusahaan besar, swasta dan BUMN melakukan investasi langsung ke startup digital untuk mencari sinergi atau saling kolaborasi," katanya.
Perempuan yang jago coding ini menyebut banyak perusahaan swasta yang sudah berinvestasi di startup. Contohnya BCA melalui Central Capital Ventura, Astra International, Bank OCBC NISP melalui OCBC NISP Ventura, serta Bank CIMB Niaga melalui Genesis Alternatives Ventures.
Tak hanya itu, perusahaan BUMN pun melakukan investasi dan sinergi dengan startup. Misalnya, BRI melalui BRI Ventura Investama, Bank Mandiri melalui Mandiri Capital Indonesia hingga Telkom melalui MDI Venture.
Kolaborasi Bisa Perkuat Bisnis
Alamanda yang juga menjadi penasihat di Mandiri Capital Indonesia mengatakan, ada banyak manfaat ketika Mandiri berinvestasi di startup, lewat Mandiri Capital-nya. Menurutnya, selain memperkuat lini bisnis, transformasi digital Mandiri juga berlangsung lebih lancar.
"Mungkin bisnis konvensional sudah mulai sadar, tidak seharusnya berkompetisi dengan startup digital. Justru, mereka harus bersinergi dan kolaborasi dengan startup digital, karena perusahaan konvensional dan startup memiliki value masing-masing," kata Alamanda.
Ia juga menekankan bahwa transformasi digital tak melulu soal membuat aplikasi. "Mereka perlu mengubah model bisnis, kapabilitas, serta kapasitas SDM yang dimilikinya," ujar Alamanda.
Alamanda lagi-lagi menekankan pentingnya transformasi digital. Menurutnya, jika perusahaan konvensional enggan bertransformasi, mereka akan butuh waktu lama untuk bisa bertransformasi ke arah digital.
"Di Mandiri, kami saling bersinergi dan membantu sama lain. Misalnya, Mandiri bisa menjual produknya melalui startup yang disuntik dana. Dalam hal ini, ketika Mandiri Sekuritas ingin menjual obligasi retail, mereka bisa memakai startup koinWorks untuk menjual produk tersebut," kata Alamanda.
Bukan hanya bank Mandiri yang bermitra dengan startup. Startup binaan Mandiri juga bisa memanfaatkan channel yang dimiliki. Pasalnya, dengan nasabah Mandiri yang besar, hal ini bisa menjadi nilai tambah bagi startup untuk terus berkembang.
Misalnya, ketika Mandiri belum memiliki robo advisors investment, mereka bisa berkolaborasi dengan startup untuk mengembangkan robo advisors investment.
Advertisement
Kolaborasi Bakal Saling Menguntungkan
"Kolaborasi dengan startup itu saling menguntungkan. Jadi kolaborasi dan sinergi lebih baik ketimbang saling bersaing," tuturnya.
Menurut Alamanda, pasca Covid-19, industri startup jauh lebih sehat. Jika dulu startup terkenal suka bakar uang, kini menurutnya sudah tidak lagi demikian.
"Selain kolaborasi dan sinergi, diharapkan tidak ada lagi bakar uang, sehingga startup lebih sehat dan menjanjikan keuntungan. Mindset ini sekarang ada di Mandiri Capital," ujarnya.
Mandiri Capital sendiri tengah fokus pada startup yang mengembangkan bisnis ke arah keberlanjutan dan ramah lingkungan, seperti startup yang mengembangkan panel matahari dan home garden.
Mandiri Capital, menurut Alamanda, fokus untuk menyuntik dana startup early stage dengan seri pendanaan A, B, dan C. Hal ini karena investasi di perusahaan early stage tidak membutuhkan dana besar.
"Masuk ke early stage memang gambling, namun untuk seri B dan C risikonya juga lebih kecil. Untuk investor yang berinvestasi di startup decacorn, dana yang dibutuhkan sangat besar, namun risikonya jauh lebih dapat di-manage karena bisnisnya sudah jelas," tuturnya.
(Tin/Isk)
Â