Keseriusan Bisnis Grab Lewat Dual Headquarter di Indonesia

Dengan diresmikannya dual headquarter di Indonesia, artinya Grab memiliki dua headquarter yakni Singapura dan Tanah Air.

oleh Iskandar diperbarui 10 Des 2020, 13:30 WIB
Diterbitkan 10 Des 2020, 13:30 WIB
Resmi 'Dipoles', Apa yang Baru di Aplikasi Grab?
Ilustrasi Driver Grab dengan Helm Baru (Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza)

Liputan6.com, Jakarta - Grab belum lama ini meresmikan dual headquarter sekaligus meresmikan Grab Tech Center di Indonesia. Artinya, Grab memiliki dua headquarter yakni Singapura dan Indonesia dalam menjalankan operasinya di Asia Tenggara.

Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia, Rizal E. Halim, menilai langkah ini tidak konvensional, karena di tengah krisis Grab malah berinvestasi lewat peresmian kantor pusatnya Indonesia, bersandingan dengan Singapura.

"Ini berarti kepercayaan terhadap iklim usaha di Indonesia semakin positif, di tengah tekanan akibat pandemi," ujar Rizal melalui keterangannya, Kamis (10/12/2020).

Rizal menambahkan, penunjukkan Indonesia sebagai dual headquarter Grab dan diresmikannya Grab Tech Center di Jakarta juga patut diapresiasi karena menunjukkan komitmen jangka panjang dan potret keseriusan Grab memperkuat basis pasar di Indonesia sekaligus Asia Tenggara.

"Dalam era teknologi sekarang tentu headquarter tidak semata-mata fisik bangunan yang besar, melainkan dedikasi resources dan tempat pengambilan keputusan," ucap Rizal.

 

Mengejar Perusahaan Teknologi untuk Buka Kantor di Indonesia

Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Ia menuturkan, hal tersebut penting karena pada saat yang sama kita sudah cukup lama melihat pemerintah ‘mengejar-ngejar’ sejumlah perusahaan teknologi agar membuka kantor di Indonesia.

Rizal melanjutkan, dengan hadir secara langsung di Indonesia, Grab telah menjadi perusahaan lokal yang akan lebih responsif terhadap dinamika lokal.

"Kontribusi Grab terhadap perekonomian Indonesia pun nantinya akan lebih berkembang dan terukur," katanya memungkaskan.

Grab dan Gojek Dikabarkan Akan Merger

Logo Gojek dan Grab
Logo Gojek dan Grab. Dok: Gojek dan Grab

Sebelumnya, Grab dan Gojek dikabarkan tengah mencapai kesepakatan untuk menggabungkan bisnis mereka atau merger. Jika benar demikian, ini akan menjadi perkawinan dua perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara.

Mengutip laman Bloomberg, Kamis (3/12/2020), baik Grab maupun Gojek mulai melunak dengan perbedaan pendapat, meskipun beberapa bagian dari perjanjian masih perlu dinegosiasikan. Demikian menurut sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena pembicaraan ini bersifat pribadi.

Detail akhir dari kesepakatan sedang dikerjakan oleh para pemimpin paling senior di kedua perusahaan, dengan partisipasi Masayoshi Son dari SoftBank Group Corp. dan investor utama Grab.

Sumber tersebut mengungkapkan, di bawah satu struktur dengan dukungan substansial, salah satu pendiri Grab Anthony Tan akan menjadi CEO dari entitas gabungan, sementara eksekutif Gojek akan menjalankan bisnis gabungan baru di Indonesia dengan merek Gojek.

"Kedua perusahaan tersebut dapat dijalankan secara terpisah untuk jangka waktu yang lama. Kombinasi itu pada akhirnya bertujuan untuk menjadi perusahaan publik," kata salah satu sumber.

Terkait kabar merger ini perwakilan Grab, Gojek, dan SoftBank menolak berkomentar. Namun, kesepakatan itu membutuhkan persetujuan regulasi dan pemerintah mungkin memiliki kekhawatiran antitrust tentang penyatuan dua perusahaan ride-hailing itu.

 

 

Pertempuran Gojek dan Grab

Ilustrasi Gojek dan Grab merger. Liputan6.com
Ilustrasi Gojek dan Grab merger. Liputan6.com

Grab dan Gojek bertempur sengit untuk bersaing dalam bisnis transportasi oline, pengiriman makanan, dan pembayaran digital selama beberapa tahun terakhir.

Investor mendorong mereka untuk menggabungkan kekuatan di seluruh Asia Tenggara guna mengurangi 'pembakaran uang tunai' dan menciptakan salah satu perusahaan internet paling kuat di wilayah tersebut.

Grab yang hadir di delapan negara memiliki nilai lebih dari US$ 14 miliar. Sementara Gojek senilai US$ 10 miliar, di mana telah hadir di Indonesia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

SoftBank mendorong kesepakatan sejak Masayoshi Son mengunjungi Indonesia pada Januari 2020, tetapi ia dikabarkan semakin frustrasi dengan kurangnya kemajuan.

"Persaingan dan bentrokan kepribadian antara para pemimpin kedua perusahaan telah menyebabkan negosiasi yang menemui jalan buntu di masa lalu," demikian menurut salah satu orang yang mengetahui pembicaraan tersebut.

(Isk/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya