Liputan6.com, Jakarta - Kondisi pandemi harus diakui turut berdampak pada proses produksi film. Karenanya, para produser dan pembuat film kini didorong untuk semakin kreatif dalam memproduksi sebuah film.
Terlebih, tidak dimungkiri proses produksi yang ada saat ini masih memiliki persoalan inefisiensi dan biaya tinggi. Untuk itu, beberapa cara untuk memungkinkan proses pembuatan film dapat berjalan terus dilakukan.
Salah satunya adalah melakukan produksi secara virtual dan memanfaatkan teknologi yang ada di video gim. Menurut GM Epic Games SEA/India, Quentin Staes-Polet, produksi film secara virtual yang didukung teknologi video gim dapat menjadi pendobrak produksi konten masa depan.
Advertisement
"Produksi film secara virtual, yang ditenagai oleh teknologi video game, akan menjadi pendobrak cara kita membuat konten di masa depan, mulai dari produksi DIY (mandiri) digital hingga blockbuster di masa depan," tuturnya dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (18/12/2020).
Quentin menuturkan, produksi film secara virtual dapat menjadi penyelamat banyak perusahaan produsen film, sebab menghemat waktu dan ongkos produksi. Bahkan, dengan teknologi seperti Unreal Engine, pembuat film bisa membangun lingkungan digital yang meniru frame render final.
Baca Juga
"Teknologi ini membuat seluruh tim produksi memiliki visi produk final yang sama. Perubahan apapun bisa digabungkan kembali secara berulang-ulang dan kolaboratif, sehingga mengubah pipeline pembuatan film tradisional yang kaku menjadi proses pararel," ujarnya menjelaskan.
Di sisi lain, keputusan kreatif pengambilan gambar dan sekuens bisa diambil lebih awal dan tidak perlu menunggu hingga fase pasca-produksi. Game engine juga bersifat aktual (real-time), sehingga memberikan keuntungan luar biasa dalam produksi virtual.
Hal itu dimungkinkan sebab saat diterapkan dalam pembuatan film, rendering langsung akan mengurangi unsur ketidakpastian dalam proses pra-produksi tradisional dan produksi efek visual yang terkotak-kotak.
Dorong Siklus Pascaproduksi
Pemanfaatan teknologi gim juga dapat mempercepat siklus pasca-produksi di film yang sarat efek visual. Berbekal efek visual di dalam kamera yang direkam di LED, frame akhir dapat diulas lewat lensa kamera dan tim kreatif secara kolaboratif melakukan penyesuaian.
"Proses yang lebih intuitif ini juga membuat kru dapat melakukan penyesuaian selama pengambilan gambar, sehingga tak perlu melakukan kompromi dalam proses editing terakhir setelah pengambilan gambar selesai," tutur Quentin melanjutkan.
Quentin juga memastikan teknologi ini tidak akan menghilangkan rasa realisme dan antusiasme dari para aktor. Sebab, mengganti green screeen dengan scene projection dapat membantu aktor mendapatkan rasa lebih baik mengenai lingkungan tempatnya berakting termasuk visi kru produksi.
"Faktanya, dengan rendering secara real-time, latar belakang dapat diadaptasi menurut perspektif kamera, sehingga seluruh adegan jadi lebih interaktif," ujarnya Quenti menjelaskan.
Di samping itu, kemampuan untuk melihat pengambilan gambar yang mendekati final dapat membantu memastikan kontinuitas, fluiditas, hingga pasif atau aktifnya para aktor di setiap adegan.
Advertisement
Evousi Alami di Industri Hiburan
"Produksi virtual bukanlah hal baru. Serial Game of Thrones yang memenangkan sejumlah penghargaan memanfaatkan berbagai teknik produksi virtual untuk melampaui ekspektasi penonton," ucap Quentin.
Tidak hanya itu, Unreal Engine dari EPic Games juga dipakai untk memproyeksikan lingkungan virtual yang terlihat sangat nyata di layar LED yang besar saat penggarapan The Mandalorian Season 1.
Dengan cara itu, para aktor dan kru dapat lebih mendalami semesta yang ada di Star Wars. Kondisi ini juga memberi sutradar visibilitas penuh dan kontrol kreatif atas sekuens yang ditingkatkan secara digital saat pengambilan gambar di lokasi syuting.
"Pada saat industri bergulat dengan dampak pandemi global, produksi virtual mungkin merupakan evolusi yang alami bagi industri hiburan," tutur Quentin mengakhiri pernyataannya.
(Dam/Why)