Google Gelar Program Keluarga Tangkas Berinternet bagi Orang Tua dan Anak

Google baru saja meluncurkan program Keluarga Tangkas Berinternet yang bertepatan dengan Hari Internet Aman Sedunia.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 09 Feb 2021, 16:03 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2021, 15:59 WIB
Saat Anak Bermain Internet, Ini yang Harus Dilakukan Ortu
Sebaiknya orang tua mendampingi agar tetap dapat menjalin komunikasi dengan anak mengenai apa yang bisa mereka akses dan tidak.

Liputan6.com, Jakarta - Google baru saja meluncurkan program Keluarga Tangkas Berinternet yang bertepatan dengan Hari Internet Aman Sedunia. Untuk menghadirkan program ini di Indonesia, Google bekerja sama dengan beberapa pihak, termasuk salah satunya Yayasan Sejiwa.

Sesuai namanya, program ini ditujukan untuk membantu mengedukasi keluarga, baik orang tua maupun anak-anak, serta tenaga pengajar agar dapat mengakses internet secara aman dan nyaman, sekaligus bentuk dukungan pada digital parenting.

"Meningkatnya aktivitas online anak-anak membuat orang tua khawatir, mulai dari keamanan data anak-anaknya hingga dengan siapa saja mereka berinteraksi," tutur Kepala Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintahan Google Indonesia, Putri Alam, Selasa (9/2/2021).

Putri menuturkan, Google sudah memiliki sejumlah fitur seperti Family Link maupun Safe Search yang dapat dimanfaatkan orang tua untuk memantau aktivitas online anak-anak. Namun fitur itu perlu didukung dengan edukasi untuk para orang tua.

"Lewat program Keluarga Tangkas Berinternet, kami ingin agar orang tua dapat berdiskusi dengan anak mengenai keamanan internet, termasuk mengajarkan beragam hal sebelum anak-anak mengakses internet," ujarnya melanjutkan.

Sebagai bagian dari program ini, Google akan menggelar sejumlah webinar dan video edukasi yang terbuka untuk masyarakat umum. Saat ini, Putri menuturkan ada tiga video edukasi yang telah tersedia di kanal YouTube Google Indonesia yang akan terus bertambah. 

Webinar Keluarga Tangkas Berinternet

Ilustrasi anak-anak beraktivitas di dunia maya/di internet
Ilustrasi anak-anak beraktivitas di dunia maya/di internet. Kredit: Marc Thele via Pixabay

Pendiri Yayasan Sejiwa Diena Haryana mengaku senang bisa bergabung di dalam program ini. Sebab, anak-anak saat ini tidak dimungkiri hidup di dunia nyata dan maya, sehingga orang tua juga perlu melindungi anak-anak di dunia itu.

"Kami ingin membantu menguatkan bapak ibu sekalian sekaligus melakukan pendampingan," kata Diena.

Webinar di dalam program ini akan digelar setiap dua pekan sekali, pada Sabtu pukul 14.00 hingga 15.30 WIB.

Jadwal pertama webinar ini akan dilakukan mulai 20 Februari 2021 hingga Juni 2021. Setiap webinar akan mengusung berbagai tema, mulai dari tangguh berinternet hingga cara melawan bahaya digital.

Diena menuturkan pendaftaran untuk sesi webinar dalam program ini sudah dibuka. Untuk itu, orang tua yang ingin bergabung dapat mendaftar melalui tautan yang sudah disediakan.

Program ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Temuan Google pada 2020

Mengasuh anak pada tahun 2020 lebih menantang daripada tahun-tahun sebelumnya. Anggota keluarga perlu belajar kebiasaan baru yang penting untuk kesehatan, seperti pembatasan sosial, pemakaian masker, dan sering-sering mencuci tangan.

Namun selain itu, kita juga perlu mengajarkan beberapa kebiasaan lain agar anak-anak tetap aman, mengingat banyak hal dalam kehidupan sehari-hari kita sekarang dilakukan secara daring atau online.

Dalam keterangan resmi, Lucian Teo, Online Safety Education Lead di Google menyebut keamanan digital keluarga harus selalu menjadi perhatian orang tua dan saat ini hal itu semakin penting untuk diperhatikan.

"Kami bekerja sama dengan tim Trust and Safety Research untuk melakukan survei terhadap para orang tua di seluruh kawasan Asia-Pasifik (Australia, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam) dan Amerika Latin (Argentina, Kolombia, Brasil, dan Meksiko). Dari sana kami menemukan bahwa orang tua dari anak yang bersekolah online merasa lebih khawatir tentang keamanan online daripada mereka yang anaknya bersekolah seperti biasa," tutur Teo.

(Dam/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya